Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pohon Mangga Berkembang Biak dengan Cara Apa? Ini Penjelasannya
22 November 2022 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip jurnal Karakterisasi Tanaman Mangga Cantek, Ireng, Empok, Jempol di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri karya Yoga Oktavianto, dkk., tanaman mangga berasal dari famili Anarcadiaceae, genus Mangifera, species Mangifera indica. Pohon mangga tergolong kategori arboreus yang tinggi batangnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.
Sementara total tinggi tanaman ini bisa mencapai 10-40 meter. Ciri khas tanaman mangga yaitu batangnya tegak, bercabang banyak, dan memiliki daun berwarna hijau yang tumbuh lebat.
Pohon mangga berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif buatan. Apa kelebihannya? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan dalam artikel berikut ini.
Cara Pohon Mangga Berkembang Biak
Mengutip buku Mangga: Dulu, Kini, dan Esok karya Sumeru Ashari (2017), spesies mangga di dunia jumlahnya sekitar 40 jenis. Umumnya, spesies tersebut berkembang biak dengan cara generatif.
Pembibitan generatif dilakukan dengan cara memperbanyak tanaman melalui biji yang dihasilkan lewat perkawinan atau penyerbukan. Cara ini disebut memiliki kelebihan karena mampu menghasilkan banyak tanaman baru.
ADVERTISEMENT
Persentase keberhasilan biji yang tumbuh secara generatif bisa mencapai 90%. Cara perkembangbiakan ini tergolong paling mudah dan murah menurut para ahli botani.
Pada perbanyakan generatif, pembibit biasanya menggunakan biji poliembrional karena dapat menghasilkan tanaman baru dengan sifat-sifat yang sama persis dengan pohon induknya. Dari satu biji mangga poliembrional dapat menghasilkan 3-8 bibit tanaman.
Biji yang sifatnya monoembrional tidak dianjurkan untuk digunakan. Sebab, tanaman baru yang dihasilkan dari biji ini belum tentu memiliki kualitas yang bagus seperti pohon induknya.
Dijelaskan dalam buku Bertanam Mangga karya Ir. Pracaya (2011), tanaman yang dihasilkan dari biji monoembrional cenderung lebih lambat berbuah. Sehingga, hasilnya baru bisa diketahui setelah menunggu beberapa waktu.
Selain perkembangbiakan generatif, mangga juga bisa dibudidayakan dengan cara vegetatif buatan. Ada dua cara yang bisa digunakan, yakni setek atau cangkok. Kedua cara ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Kelebihannya yaitu tanaman memiliki sifat yang sama dengan induknya, cepat berbunga, dan berbuah meskipun pohonnya masih pendek. Cara pembibitan ini juga memungkinkan pohon mangga tumbuh dengan subur di tempat yang permukaan air tanahnya dangkal.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kelemahan cara vegetatif buatan yaitu sifat jelek induknya akan diturunkan, rawan roboh karena perakarannya tidak dalam, dan tidak bertahan lama jika kekurangan air. Pembibit juga akan kesulitan memperoleh tanaman baru dalam jumlah banyak dari satu pohon induk sekaligus.
Cara vegetatif buatan ini cenderung mudah dilakukan dan hanya memerlukan biaya yang minim. Setek dilakukan dengan cara memotong cabang, ranting, atau bagian batang lain dengan ukuran panjang tertentu. Kemudian, potongan tersebut ditanam untuk memperoleh tanaman baru.
Sementara pembibitan cangkok dilakukan dengan cara mencari cabang tanaman mangga yang sehat dan kuat. Kemudian, pembibit bisa mengelupas kulit cabang sampai terlihat kambiumnya.
Teknik pembibitan ini bisa dilakukan pada musim hujan agar Anda tidak perlu menyiramnya setiap hari. Bila pencangkokan dilakukan pada musim kemarau, lakukan penyiraman setiap hari agar media perakarannya tidak kering.
ADVERTISEMENT
(MSD)