Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
2 Ramadhan 1446 HMinggu, 02 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Profil Jenderal Hoegeng, Sosok yang Disebut Gusdur sebagai Polisi Jujur
18 Juni 2020 19:28 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Polres Kepulauan Sula melakukan pemanggilan terhadap Ismail, warga yang mengunggah lelucon Gus Dur soal polisi jujur. Kasus tersebut mendapat perhatian karena Polres Sula dinilai terlalu berlebihan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Ismail mengunggah kelakar Gus Dur soal pernyataan hanya ada tiga polisi yang jujur, yakni polisi tidur, patung polisi dan Jenderal Hoegeng. Kasus tersebut akhirnya sudah terlesaikan dengan permintaan maaf dari Ismail.
Meski kasusnya telah selesai, nama Jenderal Hoegeng yang disebut sebagai polisi jujur menjadi daya tarik bagi masyarakat. Tak sedikit yang mencoba mencari siapa sosok bernama Jenderal Hoegeng tersebut.
Untuk lebih jelasnya, simak profil Jenderal Hoegeng berikut yang dikutip dari berbagai sumber.
Profil Jenderal Hoegeng
Sosok yang bernama lengkap Hoegeng Imam Santoso ini lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921. Ia meninggal dunia di usia 82 tahun pada 14 Juli 2004. Selama berkarier, ia sempat menjabat sebagai Kapolri periode 1968-1971.
ADVERTISEMENT
Sejak dulu, Hoegeng sudah dikenal sebagai panutan di kalangan kepolisian. Ia dianggap sebagai sosok yang mampu menunjukkan nilai-nilai positif sebagai polisi.
Di usia 6 tahun, suami dari Meriyati Roeslani tersebut mengeyam pendidikan di sekolah Belanda (HIS). Jenjang pendidikannya berlanjut di Rechts Hoge School Batavia pada 1940. Ia juga sempat menjalani latihan militer Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943) selama masa penjajahan Jepang.
Kariernya di kepolisian terbilang mulus. Ia sempat mengemban tugas sebagai Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut Jawa Tengah (1945-1946).
Saat menjadi Kapolri, Hoegeng melakukan beberapa pembenahan, khususnya terkait struktur agar menjadi lebih dinamis. Di bawah pimpinannya, Polri semakin aktif terlibat dalam organisasi internasional seperti International Criminal Police Organization (ICPO).
ADVERTISEMENT
Berkat peran aktif Polri , Jakarta pun ditunjuk sebagai lokasi untuk berdirinya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol.
Semasa hidupnya, ia juga sudah meraih banyak penghargaan. Beberapa di antaranya adalah Satya Lencana Ksatria Tamtama, Satya Lencana Penegak, Bintang Gerilya, Bintang Dharma, dan Satya Lencana Perang Kemerdekaan (I dan II).
Reputasinya sebagai polisi jujur mulai terbentuk saat ia menolak menerima suap. Kala itu, tawaran untuk menerima suap datang saat Hoegeng sedang menangangi kasus penyelundupan mobil mewah.
(AFU)