Profil K.R.T. Hardjonagoro yang Menjadi Google Doodle Hari Ini

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
11 Mei 2021 9:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
K.R.T. Hardjonagoro Foto: Google Doodle
zoom-in-whitePerbesar
K.R.T. Hardjonagoro Foto: Google Doodle
ADVERTISEMENT
Google Doodle hari ini, Selasa (11/5), menghadirkan sosok Go Tik Swan atau yang dikenal dengan K.R.T. Hardjonagoro. Ia tampak mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan blangkon.
ADVERTISEMENT
Dia juga digambarkan sedang berdiri dan memegang sebuah gulungan batik besar. Gulungan tersebut terdiri dari perpaduan warna cokelat dan sedikit warna putih, sementara itu motifnya membentuk tulisan "Google".
Ilustrasi ini merupakan perayaan hari kelahiran K.R.T. Hardjonagoro yang jatuh pada 11 Mei 1931. Gambar ini juga menjadi bentuk peringatan untuk sosok Go Tik Swan yang sudah berjasa terhadap sejarah perbatikan Tanah Air.
Untuk mengenang sosok dan jasanya, simak profil K.R.T. Hardjonagoro selengkapnya di sini.

Profil K.R.T. Hardjonagoro

K.R.T. Hardjonagoro lahir pada 11 Mei 1931 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia merupakan sastrawan dan budawayan yang berjasa bagi Tanah Air. Mengutip buku Chic in Batik tulisan Ami Wahyu (2012), beliau berasal dari keluarga pembatik di Solo. Karena itulah ia tidak asing dengan proses pembuatan batik.
ADVERTISEMENT
Go Tik Swan menempuh pendidikannya di Neutrale Eropesche Lagere School. Di sana, ia bersekolah dengan warga kraton, anak-anak pemuka masyarakat, anak-anak ningrat, hingga anak-anak pembesar Belanda.
Hardjonagoro sendiri merupakan priyayi Tionghoa di Kota Solo. Sang ayah adalah cucu dari Luitenant der Chinezen di Boyolali, sedangkan sang ibu adalah cucu Luitenant der Chinezen dari Surakarta. Go Tik Swan tinggal bersama sang kakek, Tjan Khay Sing yang dikenal sebagai pengusaha batik di Solo.
Tempat tinggal K.R.T. Hardjonagoro tidak jauh dari putra Paku Buwana X, Pangeran Hamidjojo, yang merupakan seorang lulusan Universitas Leiden sekaligus penari Jawa Klasik.
Dia seringkali mampir ke rumah Pangeran Hamidjojo untuk melihat latihan tari. Pertemanan dengan Pangeran Hamjidjojo membangun minat Go Tik Swan terhadap karawitan Jawa.
ADVERTISEMENT
Setelah perang selesai, K.R.T. Hardjonagoro mengeyam pendidikan di MULO di Semarang. Usai lulus, kedua orangtuanya meminta Go Tik Swan untuk bersekolah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kendati demikian, beliau tidak mengikuti permintaan tersebut. Dia justru masuk ke jurusan Sastra Jawa di Fakultas Sastra UI secara diam-diam lantaran sudah jatuh cinta dengan kebudayaan Jawa.
Tidak hanya belajar, K.R.T. Hardjonagoro juga sering berlatih menari Jawa di Prof. Poerbatjaraka. Pria yang akrab disapa Mas Go itu pun diundang ke istana bersama rombongannya untuk merayakan Dies Natalis Universitas Indonesia. Tarian yang dilakukannya berhasil menarik perhatian Presiden Soekarno.
Batik go Tik Swan Foto: Twitter/PDI_Perjuangan
Ketika mengetahui bahwa Go Tik Swan berasal dari keluarga pengusaha batik, Presiden Soekarno langsung memanggilnya. Dia pun diminta secara khusus untuk membuat batik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Awalnya, K.R.T. Hardjonagoro merasa bingung dengan tugas itu. Ia sempat menyendiri untuk mencari inspirasi. Setelah menyepi, Go Tik Swan akhirnya menemukan batik yang tepat untuk Indonesia.
Ia menerapkan motif tradisional dengan pewarnaan khas, yakni paduan warna cerah batik pantai utara dan warna alami sogan (cokelat) dari pantai selatan.
Pada 1960-1970, batik Indonesia mengalami perkembangan pesat. K.R.T. Hardjonagoro mendapat penghargaan dari pihak keraton dan negara atas jasanya terhadap pengembangan budaya Jawa di bidang arsitektur, wayang, tari, sastra, dan batik.
Tidak hanya itu, ia juga diberikan gelar Raden Tumenggung Hardjonagoro dan Kanjeng Panembahan Hardjonagoro. Gaya batik miliknya dikenal dengan batik Hardjonagaran.
Pada 5 November 2008, beliau meninggal dunia di usia 77 tahun. Meski telah tiada, ia tetap dikenal sebagai pelopor batik Indonesia hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
(GTT)