Konten dari Pengguna

Profil Ki Hajar Dewantara, Sang Bapak Pendidikan Indonesia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Mei 2021 9:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hari Pendidkan Nasional dan Ki Hajar Dewantara dok: Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Hari Pendidkan Nasional dan Ki Hajar Dewantara dok: Kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini, Minggu (2/5) bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hari spesial ini terinspirasi dari lahirnya sang pahlawan nasional di bidang pendidikan, yakni Ki Hajar Dewantara.
ADVERTISEMENT
Beliau merupakan tokoh pergerakan sekaligus pendiri Taman Siswa, perguruan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan. Untuk mengenang jasa beliau terhadap pendidikan di Indonesia, mari simak profil Ki Hajar Dewantara berikut ini.

Profil Ki Hajar Dewantara

Patung Ki Hadjar Dewantara, pendiri Yayasan Pendidikan Tamansiswa. Foto: Shutter Stock
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir di Pakualaman, pada 2 Mei 1889 dari keluarga bangsawan. Ayahnya, yakni GPH Soerjaningrat merupakan putra dari Sri Paku Alam III.
Mengutip buku Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya yang diterbitkan Kemdikbud, sebagai bangsawan Jawa, Soewardi berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School). Beliau kemudian melanjutkan studi ke STOVIA namun tidak sampai tamat karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan.
ADVERTISEMENT
Soewardi muda kemudian menggeluti dunia jurnalistik. Tulisannya yang banyak berisi kritikan terhadap kebijakan pemerintah kolonial termuat di berbagai surat kabar dan majalah seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Di sela-sela kesibukannya sebagai wartawan muda, beliau juga aktif sebagai seksi propaganda di organisasi Boedi Oetomo. Tujuannya adalah untuk menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Saat Douwes Dekker mendirikan Indische Partij pada 25 Desember 1912, Soewardi dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo memutuskan untuk bergabung. Kolaborasi Indo dan bumiputra ini bertujuan untuk membangun kekuatan besar guna menghadapi pemerintah kolonial.
Taman Siswa Ki Hajar Dewantara. (Foto: Dok. ustjogja.ac.id)
Ki Hajar Dewantara memang tidak memanggul senjata, tetapi tulisannya yang kritis ternyata mampu membuat pihak kolonial geram. Akibatnya ia ditangkap dan akan diasingkan ke Pulau Bangka, namun Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo melayangkan protes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada 1913.
ADVERTISEMENT
Hidup dalam pengasingan tidak membuat Soewardi putus asa. Beliau aktif dalam organisasi pelajar Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia) dan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh ijazah Europeesche Akta.
Setelah kembali ke Indonesia pada 1919, Soewardi segera bergabung di sekolah binaan saudaranya. Kemudian pada tanggal 3 Juli 1922, beliau berhasil mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.
Semboyan yang beliau angkat yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Artinya di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.
Logo Tut Wuri Handayani Foto: Kemendikbud
Melansir Kemdikbud, pada 3 Februari 1928, Soewardi Soerjaningrat memilih untuk tidak menggunakan gelar kebangsawanannya dan berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Tujuannya adalah agar beliau lebih dekat dengan rakyat.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan tidak berakhir setelah Indonesia lepas dari cengkeraman penjajah. Beliau diangkat menjadi Menteri Pendidikan di era Kabinet Presidensial dari 19 Agustus 1945 hingga 14 November 1945. Ini menjadikannya sebagai Menteri Pendidikan pertama dalam sejarah bangsa.
Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 pada usia 69 tahun. Berkat jasa-jasanya dalam merintis pendidikan, beliau ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. Hal ini termaktub dalam Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959 tertanggal 28 November 1959.
(ERA)