Profil Tan Malaka yang Dikenal Sebagai Bapak Republik Indonesia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
6 Januari 2021 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tan Malaka foto: Historia
zoom-in-whitePerbesar
Tan Malaka foto: Historia
ADVERTISEMENT
Ahli waris Tan Malaka, Hengky Novaron Arsil Datuk Tan Malaka, meminta pemerintah untuk memasukkan perjuangan dan pemikiran Bapak Republik Indonesia itu ke dalam kurikulum sekolah. Ini dilakukan agar anak bangsa mengenal jasa Tan Malaka dalam memperjuangkan Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Hengky juga meminta agar Tan Malaka mendapat hak dasar sebagai pahlawan nasional, yakni memiliki taman makam pahlawan di tanah kelahirannya, Sumatera Barat. Selain itu, Hengky juga berharap pemerintah dapat memperbanyak nama jalan Tan Malaka di Indonesia.
Namun, usulan tersebut ditolak oleh Novel Bamukmin, Wakil Sekretaris Jenderal PA 212. Sebab, Tan Malaka dipandang sebagai tokoh dengan aliran kiri atau komunis. Ia juga menilai pemikiran Tan Malaka dapat memberi dampak negatif untuk peserta didik.
Tan Malaka sendiri merupakan guru, aktivis, sekaligus pendiri Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba). Dirinya juga menjadi tokoh besar yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Untuk mengenal sosok Tan Malaka, simak profilnya berikut ini.

Profil Tan Malaka

Tan Malaka Muda (Foto: Istimewa)
Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1987 di Nagari Pandam Ganang, Gunuang Omeh, Sumatera Barat. Sejak kecil, pemilik nama Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka ini sudah menggemari pencak silat dan mempelajari ilmu agama.
ADVERTISEMENT
Tan Malaka menghabiskan masa remaja di Kweekschool, sekolah guru negara di Fort de Knock. Pada 1913, pria bergelar datuk ini melanjutkan pendidikannya di Rijkskweekschool atau sekolah pendidikan guru pemerintah di Belanda.
Selama berkuliah, Tan Malaka semakin memahami arti revolusi. Dia juga semakin tertarik untuk mempelajari paham Sosialisme dan Komunisme. Dia pun mulai membaca buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin.
Usai menuntaskan kuliah, Tan Malaka kembali ke Tanah Air dan mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh Sanembah, Sumatera Utara. Selama mengajar, ia semakin menyadari penderitaan yang dialamu oleh kaum pribumi di Sumatra.
Akhirnya, Tan Malaka menulis karya “Tanah Orang Miskin” di Het Vrije Woord edisi Maret 1920 yang mengisahkan perbedaan kaum kapitalis dan pekerja. Tan Malaka juga bergabung dengan Indische Social Democratische Vereegniging (ISDV) yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia (PKI).
ADVERTISEMENT
Tan Malaka sempat menuliskan buku bertajuk Naar de Republiek Indonesia yang berisi konsep bangsa Indonesia dan perjuangan kemerdekaan Hindia Belanda dari kolonialisme. Karena itulah, ia disebut sebagai Bapak Republik Indonesia.
Selain membuat konsep dan perjuangan Tanah Air, Tan Malaka juga menuliskan analisis kondisi politik internasional antara Jepang dan Amerika yang menyebabkan perang Pasifik. Tak disangka, analisa tersebut terjadi 16 tahun setelah buku itu dicetak.
Beberapa karya lain yang ditulis Tan Malaka, di antaranya Aksi Massa, Dari Penjara ke Penjara, Maifesto Jakarta, Rencana Ekonomi Berjuang, Pidato Purwokerto, hingga Gerpolek: Gerilya, Politik, Ekonomi.
Semasa hidupnya, Tan Malaka kerap menjadi buronan Belanda. Karena itulah, keberadaannya sangat misterius. Dirinya juga dikenal sering menyamar guna menyembunyikan identitas.
ADVERTISEMENT
Melansir Jurnal TAN MALAKA (Ditinjau dari Perspektif Perjuangan Bangsa) oleh Randy Fadillah Gustaman, Tan Malaka memiliki 23 nama palsu dan telah menjelajahi dua benua dengan total perjalanan sepanjang 89 ribu kilometer. Ia juga mengganti nama setiap hijrah ke tempat yang berbeda.
Tan Malaka sempat bersaing memperebutkan kekuasaan dengan Presiden Soekarno. Akan tetapi, Soekarno berhasil mengunggulinya dengan membawa Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri.
Pada 1946, Tan malaka yang mencoba kudeta ditangkap dan dijebloskan ke penjara selama 2 tahun. Usai dibebaskan, ia membentuk partai Musyawarah Rakyat Banyak atau Murba pada 7 November 1948. Partai tersebut menganut landasan antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme.
Kemudian, ia membuat pasukan Gerilya Pembela Proklamasi untuk melawan Belanda. Sayangnya, aksi Tan Malaka tidak mendapat dukungan dari TNI.
ADVERTISEMENT
Pada Febuari 1949, Tan Malaka dan pengikutnya ditangkap di Kediri, Jawa Timur. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa dirinya dieksekusi dengan cara ditembak. Tan Malaka pun dimakamkan di Selopanggung, Kediri.
(GTT)