Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Profil Tino Sidin yang Menjadi Google Doodle Hari Ini
25 November 2020 7:27 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini, Rabu (25/11), laman Google Doodle menghadirkan sosok Tino Sidin yang akrab disapa Pak Tino. Dalam laman tersebut, ia digambarkan menggunakan kacamata dan topi baret sambil mengajar anak-anak menggambar. Laman ini hadir untuk merayakan hari kelahiran Pak Tino.
ADVERTISEMENT
Pak Tino merupakan seorang pelukis sekaligus guru gambar ternama di Tanah Air. Dirinya dikenal publik lewat program acara Gemar Menggambar yang tayang di stasiun televisi TVRI di era 70-90an.
Melansir dari Taman Tino Sidin, Pak Tino juga menjadi pejuang kemerdekaan yang aktif di kepanduan, palang merah, art director beberapa film, pemain film, penulis, serta guru kebatinan yang dekat dengan Bung Karno dan Pak Harto.
Untuk mengenang sosoknya, mari simak profil Tino Sidin berikut ini.
Profil Tino Sidin
Pak Tino lahir pada 25 November 1925 di Tebingtinggi. Penulis buku gambar “Ibu Pertiwi” ini adalah anak dari pasangan Pak Sidin dan Ibu Tini.
Sejak kecil, Pak Tino sudah menggemari seni lukis. Ia pun sudah sering menggambar dan belajar secara otodidak.
ADVERTISEMENT
Bakat menggembar Pak Tino terungkap secara tidak sengaja oleh tentara Jepang ketika ia sedang menggambar di pasir. Sejak saat itu, dirinya pun diangkat sebagai pembuat poster propaganda Jepang di Tebing Tinggi pada 1944.
Usai kemerdekaan, Pak Tino mendirikan Kelompok Angkatan Seni Rupa di Medan bersama Daoed Joesoef dan Nasjah Djamin. Lalu pada 1946, ia pindah ke Yogyakarta dan fokus membuat sketsa, propaganda anti Belanda, sekolah, hingga bergerilya.
Pada 1949, Pak Tino berangkat ke Jakarta untuk bergabung dengan Batalyon X Diisi Siliwangi. Lalu dua tahun kemudian, ia kembali ke Tebing Tinggi untuk menikahi Nurhayati. Setelah menikah, ia aktif menjadi guru olahraga di Taman Dewasa SMP Taman Siswa.
Pak Tino dan keluarga sempat pindah ke Binjai. Namun, mereka akhirnya kembali ke Yogyakarta usai mendapat tawaran beasiswa di Akademi Seni rupa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada 1969, Pak Tino memulai kariernya sebagai guru gambar di program Gemar Menggambar TVRI. Selama mengajar, Pak Tino kerap mengedepankan garis lurus dan garis lengkung. Ia juga sering mengucapkan kata “Bagus” untuk memuji gambar buatan anak-anak.
Pada 1972, Pak Tino terlibat dalam pembuatan film Sisa-sisa Laskar Pajang sebagai Art Director. Selain itu, ia juga menjadi Art Director dalam film Api di Bukit Menoreh dan menjadi aktor dalam film Nakalnya Anak-anak.
Pada 1979, ia kembali ke Jakarta dan mengisi acara Gemar Menggambar di TVRI Pusat. Selain itu, dirinya juga menulis dan meluncurkan komik dewasa bertajuk “Harimau Gadungan”, “Kalau Ibuku Pilih Menantu”, serta komik anak-anak seperti “Bandung Lautan Api” dan “Bawang Putih Bawang Merah”.
ADVERTISEMENT
Tak hanya menulis buku, Pak Tino juga meluncurkan buku menggambar anak, di antaranya adalah “Gemar Menggambar Bersama Pak Tino sini”, “Ayo Menggambar”, dan “Menggambar dengan Huruf”.
Pada 29 Desember 1995, Pak Tino meninggal dunia karena sakit. Ia pun dimakamkan di makan Kwaron, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Hingga kini, sosoknya terus dikenang sebagai guru gambar legendaris di Tanah Air.
(GTT)