Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Profil Usmar Ismail yang Dijuluki Sebagai Bapak Perfilman Indonesia
20 Maret 2021 8:57 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Usmar Ismail merupakan sineas yang menyumbang jasa besar untuk dunia perfilman Indonesia. Ia telah mendedikasikan hidupnya untuk mengangkat derajat perfilman Tanah Air ke ranah Internasional.
ADVERTISEMENT
Salah satu karya Usmar yang paling istimewa adalah film Darah dan Doa yang dirilis pada 1950. Pasalnya, film tersebut merupakan film pertama yang disutradarai, dimainkan, dan didanai oleh orang-orang Indonesia.
Hari ini, Sabtu (20/3), merupakan 100 tahun kelahiran Usmar Ismail. Untuk mengenang sosok beliau, para insan film menggelar sejumlah acara di berbagai daerah. Salah satunya adalah pameran di Parakoffie, Kota Bukittinggi yang dihadiri dua orang anak Usmar.
Tidak hanya itu, sejumlah insan perfilman juga turut menyerukan nama Usmar Ismail untuk segera mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.
Untuk mengenang sosok dan jasanya terhadap dunia film Indonesia, simak profil Usmar Ismail di bawah ini.
Profil Usmar Ismail
Usmar Ismail lahir pada 20 Maret 1921 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Ia merupakan anak dari pasangan Datuk Tumenggung Ismail dan Siti Fatimah. Usmar juga menjadi adik dari Dr. Abu Hanifah alias El Hakim yang menggeluti dunia sastra.
ADVERTISEMENT
Usmar menempuh pendidikan SD dan SMP di Padang. Lalu, ia melanjutkan pendidikan di SMA Yogyakarta. Setelah lulus, Usmar mengenyam studi jurusan film di University of California Los Angeles, AS.
Usmar sudah menekuni dunia sastra sejak duduk di bangku SMA. Kala itu, ia mengikuti kegiatan drama di sekolah dan mengirimkan beberapa karangan ke berbagai majalah.
Pada 1943, tepatnya ketika masa pendudukan Jepang, Usmar mendirikan kelompok sandiwara Maya bersama El Hakim, Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak dan H.B. Jassin. Maya menjadi tonggak lahirnya teater modern di Indonesia.
Setelah masa proklamasi kemerdekaan, Usmar Ismail menjalani dinas militer dan menekuni dunia jurnalistik Jakarta. Ia mendirikan surat Kabar Rakyat bersama dua rekannya. Dia juga mendirikan harian Patriot dan bulanan Arena di Yogyakarta.
Usmar pernah ditangkap oleh Belanda ketika bekerja sebagai jurnalis. Dirinya ditahan ketika sedang meliput perundingan Belanda-RI di Jakarta. Sebab, Belanda tahu bahwa ia merupakan seorang mayor tentara.
ADVERTISEMENT
Umar ditahan sambil dipekerjakan di studio film Belanda, ia bertugas membantu Andjar Asmara. Harta Karun dan Tjitra menjadi dua judul film yang dikerjakan olehnya.
Setelah mengerjakan film tersebut, Usmar semakin mendalami dunia perfilman. Ia menggarap sejumlah judul film seperti Darah dan Doa, Enam Jam di Yogya, Pedjoang, Lewat Djam Malam, Tiga Dara, hingga Tamu Agung.
Selama berkarier, Usmar Ismail telah mencetak sejumlah prestasi baik secara nasional ataupun internasional.Di antaranya Diploma Di Partecipazionale Mostra Internazionale, Piagam Widjajakusuma, Penghargaan Warga Teladan, Piala Citra, dan masih banyak lagi.
Pada 2 Januari 1971, Usmar Ismail berpulang karena sakit stroke yang dideritanya. Meski sudah tiada, Usmar tetap dikenang sebagai Bapak Perfilman Indonesia yang telah mengangkat derajat bangsa lewat dunia film.
ADVERTISEMENT
(GTT)