Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Properti Tari Kipas Pakarena, Tarian Ungkapan Syukur Masyarakat Gowa
30 Desember 2020 9:52 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tari Kipas Pakarena merupakan jenis seni tari yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Tarian ini kerap ditampilkan dalam sejumlah acara, mulai dari upacara adat hingga hiburan.
ADVERTISEMENT
Dalam bahasa setempat, kata “pakarena” berasal dari kata “pa” yang artinya pelakunya dan “karena” yang berarti bermain. Bagi masyarakat Gowa , tarian ini merupakan wujud rasa syukur atas kebahagiaan yang dirasakan.
Tarian ini juga menjadi gambaran akan kesucian, kelembutan, dan kesantunan dari para wanita. Tarian Kipas Pakarena berawal dari kisah perpisahan penghuni boting langi atau negeri khayangan dengan penghuni lino atau Bumi.
Kala itu, penghuni boting langi sempat mengajarkan penghuni lino untuk bercocok tanam, berburu, hingga beternak melalui gerakan badan dan kaki. Penghuni lino pun menggunakan gerakan tersebut untuk berterima kasih pada penghuni boting langi.
Umumnya, tari tradisional ini dilakukan oleh lima hingga tujuh orang penari wanita. Mereka tampil dengan iringan musik gendrang dan seruling yang dimainkan oleh empat hingga tujuh orang.
ADVERTISEMENT
Penari Kipas Pakerena tampil dengan sejumlah properti yang mencakup pakaian, sarung, hingga atribut lainnya. Lebih lengkapnya, berikut properti Tari Kipas Pakarena.
Kipas
Kipas lipat merupakan properti utama dalam Tari Kipas Pakarena. Penari akan mengenakan dua buah kipas, masing-masing dipegang oleh tangan kanan dan kiri. Biasanya, kipas yang digunakan memiliki warna cerah seperti merah, kuning, ungu, hingga putih.
Baju Pahang
Penari menggunakan Baju Pahang ketika mementaskan Tari Kipas Pakarena. Busana ini merupakan tenunan tangan asal Sulawesi Selatan. Penari yang mengenakan pakaian ini akan mendapat kesan yang unik.
Lipa’ Sa’be
Penari Kipas Pakarena juga menggunakan Lipa’ Sa’be, sebuah sarung sutra asal Sulawesi Selatan. Kain tradisional ini merupakan salah satu warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Sampur
Sampur atau selendang digunakan pada bahu sebelah kiri dan dibiarkan melingkari tubuh penari. Kain panjang ini terdiri dari berbagai warna, sehingga mudah dipadukan dengan motif busana penari.
Gelang
Penari Kipas Pakarena menggunakan gelang ketika pentas. Gelang ini biasanya berwarna emas dengan ukiran-ukiran di semua bagian.
Kalung
Agar lebih estetik ketika tampil, penari menggunakan kalung. Umumnya, kalung ini berwarna emas dengan hiasan berupa mutiara warna-warni di bagian dalamnya.
(GTT)