Ragam Tradisi dan Upacara Adat Aceh yang Masih Dilestarikan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
4 Maret 2022 12:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi masjid Banda Aceh. Foto:Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi masjid Banda Aceh. Foto:Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas, terdiri dari 34 provinsi dengan beragam suku mulai dari Jawa, Sunda, Batak, Betawi, hingga Aceh. Suku Aceh yang mayoritas penduduknya beragama Muslim ini dikenal dengan keteguhannya dalam menganut ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
Tidak berbeda dengan suku lainnya, masyarakat Aceh juga masih kental dengan adat istiadat. Walau ada beberapa tradisi yang sudah ditinggalkan dan hanya dilakukan di tempat tertentu saja, namun kebudayaan Aceh masih mampu bertahan di tengah masyarakat modern saat ini.
Contohnya adalah upacara adat Aceh dari suku Gayo yang dinamakan Beguru. Tradisi ini dilaksanakan sebelum melangsungkan pernikahan, biasanya seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan berkumpul untuk mengaji bersama.
Masuknya budaya asing ke Indonesia dapat menjadi ancaman bagi kelestarian budaya bangsa kita jika tidak disikapi dengan baik. Maka dari itu, generasi baru harus mempertahankan serta melestarikan adat istiadat dan budaya yang ada.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Sulaiman Tripa dalam bukunya yang berjudul Peradilan Gampong, bahwa pelestarian adat dan istiadat perlu dilaksanakan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi berikutnya sehingga akan selalu terjaga seiring berkembangnya zaman.
ADVERTISEMENT
Bagi warga Aceh sendiri, adat, kebudayaan, hingga upacara ritual yang dilakukan memiliki nilai yang sangat kental dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut adalah ulasan mengenai beberapa upacara adat Aceh yang unik dan menarik.
Ilustrasi anak-anak memakai baju tradisional Aceh. Foto:Pixabay

Tradisi Upacara Adat Aceh

Upacara adat dilakukan untuk perayaan tertentu secara turun-temurun, sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Adapun tradisi dan upacara adat Aceh yang telah dirangkum dari beberapa sumber, yaitu:
1. Peusijuek
Fatiharrifah dalam bukunya yang berjudul 100 Tradisi Unik di Indonesia menjelaskan bahwa Peusijuek merupakan tradisi masyarakat Aceh yang dilakukan hampir di semua upacara adat. Baik itu perkawinan, kelahiran, kematian, berangkat haji, selamatan, dan lain sebagainya.
Peusijuek menurut bahasa artinya “Pendingin” serta bertujuan untuk mendoakan atau memberkati sesuatu. Tradisi ini diadakan oleh seluruh tokoh masyarakat desa dan kota yang biasanya dipimpin oleh tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan.
ADVERTISEMENT
2. Sumang
Sumang merupakan tradisi dari suku Gayo di Aceh yang memiliki keunikan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Tradisi Sumang merupakan bagian dari budaya Gayo yang masuk ke dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Adat ini terdiri dari empat macam, yaitu Sumang Kenunulen, Sumang Percerakan, Sumang Pelangkahan, dan Sumang Penengonen. Tujuan dari tradisi ini yaitu mendidik manusia agar memiliki akhlak yang mulia dalam kehidupan bermasyarakat.
Ilustrasi sunset di Aceh. Foto:Pixabay
3. Meugang
Meugang atau biasa disebut Makmeugang adalah hari kumpul bersama keluarga disertai pesta makan daging pada hari “Semi suci”. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Tabangun Aceh Edisi 47 (2015) terbitan Tabloid Tabangun Aceh, Meugang dihelat di tiga momentum, yaitu pada penyambutan puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha.
ADVERTISEMENT
Di momen ini, mereka yang merantau akan pulang untuk berkumpul bersama keluarga. Mereka wajib membeli daging lembu atau kerbau yang segar dalam jumlah besar untuk dimasak dan dihidangkan bersama anggota keluarga.
4. Uroe Tulak Bala
Uroe Tulak Bala merupakan tradisi masyarakat Pantai Barat Selatan Aceh yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Upacara ini diyakini dapat menolak bala atau musibah.
Mengutip dari buku Kitab Doa-doa Tolak Bala yang ditulis oleh Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia, Tolak Bala atau Rabu Abeh adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar. Di mana pada bulan ini Allah SWT menurunkan berbagai bentuk bala di muka bumi.
(IMR)