Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ragam Tradisi Waisak di Indonesia: Pindapata hingga Puja Lentera
20 Mei 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Umat Buddha di Indonesia merayakan Tri Suci Waisak dengan berbagai macam tradisi. Tradisi Waisak di Indonesia berbeda-beda di tiap daerah karena dipengaruhi oleh budaya setempat.
ADVERTISEMENT
Tri Suci Waisak diperingati di waktu Vesak, tepatnya saat bulan bersinar paling terang (purnama sidhi). Dalam kalender Masehi, Vesak biasanya dirayakan pada bulan Mei, tapi bisa juga pada April atau Juni.
Pada tahun 2024, Tri Suci Waisak 2568 BE diperingati pada 23 Mei 2024. Hari spesial tersebut dirayakan dengan melakukan puja bakti dan semedi.
Umat Buddha juga merayakan Waisak dengan berbagai macam acara, mulai dari kumpul keluarga hingga berderma. Ingin tahu apa saja ragam tradisi Waisak di Indonesia? Simak informasinya dalam uraian berikut.
Tradisi Waisak di Indonesia
Umat Buddha memperingati Tri Suci Waisak untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam hidup Siddharta Gautama, yakni kelahiran, pencerahan, dan kematian Sang Buddha.
ADVERTISEMENT
Tiga momen penting dalam hidup Sang Buddha itu diperingati dengan berbagai macam tradisi yang berbeda-beda di setiap negara. Di Thailand, ada tradisi tradisi thudong yang dilakukan oleh para bhante atau bhikkhu. Mengutip laman Ditjen Bimas Buddha Kemenag, thudong adalah ritual jalan kaki sejauh ribuan kilometer untuk berziarah ke situs agama Buddha.
Sementara di Indonesia, Waisak dirayakan dengan melakukan Pindapata hingga Puja Lentera. Selengkapnya, berikut beberapa tradisi Tri Suci Waisak di Indonesia yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Mengambil Api Dharma dan Air Berkat
Peringatan Tri Suci Waisak di Jawa Tengah dilakukan dengan ritual Puja Bakti di Candi Borobudur. Ritual tersebut diawali dengan tradisi pengambilan Api Dharma di Purwodadi dan Air Berkat di Umbul Jumprit oleh para Bhikkhu Sangha serta para rohaniawan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Api Dharma dan Air Berkat itu dibawa ke Altar Candi Mendut untuk disemayamkan sebelum dibawa ke Candi Borobudur keesokan harinya.
2. Kirab Waisak
Kirab Waisak dilakukan oleh bhikkhu dan umat Buddha dengan berjalan kaki dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Para bhikkhu akan membawa Api Dharma dan Air Berkat yang telah disemayamkan di Candi Mendut.
Sesampainya di Candi Borobudur, umat Buddha akan melakukan puja bakti dan bersemedi. Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan pradaksina yang dilakukan dengan mengelilingi Candi Borobudur.
3. Pindapata
Waisak merupakan momen untuk merefleksikan diri dan menggiatkan ajaran-ajaran Sang Buddha, khususnya pindapata. Dijelaskan dalam jurnal Tradisi Masyarakat Buddha sebagai Wisata Religi oleh Putri Ayu Andriani dkk, pindapata adalah tradisi memberikan derma kepada para bhikkhu.
ADVERTISEMENT
Menjelang Hari Raya Waisak, umat Buddha akan menanti para bikkhu di sepanjang jalan atau di vihara untuk memberikan makanan pokok, obat-obatan, hingga jubah. Derma tersebut merupakan wujud dari dhamma cinta kasih kepada sesama manusia.
4. Pelepasan Hewan
Selain memberikan derma, umat Buddha juga akan melepaskan hewan atau menanam pohon di Hari Raya Waisak. Tradisi tersebut merupakan pengamalan dari ajaran Sang Buddha di mana manusia harus saling, termasuk kepada hewan dan tumbuhan.
5. Lentera Puja
Umat Buddha di dunia termasuk Indonesia juga akan melakukan tradisi Lentera Puja pada malam Waisak. Makna pelepasan lampion itu adalah membuang hal-hal negatif serta perwujudan harapan setiap umat.
(GLW)