Revolusi Kebudayaan yang Terjadi Pada Zaman Neolitikum

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
3 Januari 2021 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Revolusi Kebudayaan Zaman Neolitikum. Foto: stmuhistorymedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Revolusi Kebudayaan Zaman Neolitikum. Foto: stmuhistorymedia.org
ADVERTISEMENT
Meskipun belum mengenal tulisan, masyarakat prasejarah telah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Pada tahap awal alat yang digunakan banyak yang berasal dari bebatuan. Inilah yang disebut zaman batu.
ADVERTISEMENT
Zaman batu sendiri terbagi menjadi empat periodisasi, yakni zaman batu tua (palaeolitikum), zaman batu tengah (mesolitikum), zaman batu muda (neolitikum), dan zaman batu besar (megalitikum).
Zaman neolitikum menjadi titik balik perkembangan kebudayaan manusia. Pada masa itulah terjadi revolusi kebudayaan yang signifikan untuk peradaban manusia. Apa itu?

Revolusi Kebudayaan Zaman Neolitikum

Zaman neolitikum atau zaman batu muda di Indonesia terjadi sekitar 1.500 SM. Pada zaman ini telah hidup Homo sapiens. Di zaman ini pula terjadi revolusi kebudayaan.
Yang dimaksud revolusi kebudayaan adalah perubahan secara menyeluruh yang berlangsung cepat dan terjadi pada zaman prasejarah akhir, di mana masyarakat mulai menggunakan cara-cara baru untuk bertahan hidup.
Melansir dari buku Sejarah Indonesia Kelas X Edisi Revisi 2014, peralihan zaman mesolitikum ke neolitikum menandakan adanya revolusi kebudayaan dari food gathering menuju food producing. Manusia prasejarah tidak hanya mengumpulkan makanan, tetapi juga mencoba memproduksi makanan dengan bercocok tanam.
Ilustrasi bercocok tanam. Foto: Pinterest
Kegiatan bercocok tanam dilakukan ketika mereka sudah mulai bertempat tinggal, walaupun masih bersifat sementara. Melansir dari dokumen Laporan Praktik Lapangan Universitas Negeri Yogyakarta tulisan Muhammad Syahdianto, masyarakat kala itu hidup menetap dalam suatu perkampungan yang dibangun secara tidak beraturan. Pada awalnya rumah mereka kecil dengan atap terbuat dari daun-daunan.
ADVERTISEMENT
Karena telah tinggal menetap dan memproduksi makanan sendiri, gotong royong mulai dikembangkan. Terjadi pula perubahan peralatan sehari-hari yang digunakan. Benda-benda peninggalan pada zaman neolitikum di antaranya adalah:
Melansir dari buku Sejarah Indonesia, kapak persegi yang besar disebut dengan beliung atau pacul (cangkul). Bahkan sudah ada yang diberi tangkai sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang.
Sedangkan yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Kapak persegi banyak ditemukan di Kepulauan Indonesia bagian barat seperti Sumatra, Jawa dan Bali.
Kapak Lonjong. Foto: Pinterest
Kapak lonjong mempunyai bentuk lonjong seperti telur. Selain itu kapak lonjong memiliki ujung yang runcing, namun tidak seruncing mata panah. Kapak lonjong mempunyai fungsi yang hampir sama dengan kapak persegi. Penyebaran jenis kapak ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.
ADVERTISEMENT
Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Peralatan ini berfungsi untuk berburu. Mata panah banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Gerabah terbuat dari tanah liat dan memiliki berbagai fungsi. Salah satunya adalah untuk meletakkan makanan-makanan yang telah dikumpulkan oleh manusia pada masa bercocok tanam.
(ERA)