Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Aqidatul Awam, Kitab Tauhid Agama Islam
18 Januari 2021 15:45 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilmu tauhid adalah salah satu dari tiga unsur yang disabdakan oleh Rasulullah berkaitan dengan nilai keyakinan akan sifat keesaan Allah SWT. Hukum mempelajari ilmu ini adalah fardhu ‘ain, untuk memahami bahwa Allah SWT adalah Dzat yang memiliki segala kesempurnaan.
ADVERTISEMENT
Imam an-Nawawi memasukkan perihal sehatnya keyakinan ke dalam 4 pilar dalam agama Islam yang terkumpul dalam satu bait, yang artinya:
“Beberapa perkara bagi agama itu benarnya tujuan, menepati janji, meninggalkan yang dilarang, begitu juga sehatnya keyakinan."
Sejarah Kitab Aqidatul Awam
Kitab aqidatul awam disusun oleh al-Imam al-‘Allâmah Ahmad bin Muhammad Ramadhân bin Manshûr al-Makki al-Marzûki al-Mâliki al-Husaini al-Hasani. Ia adalah salah seorang mufti mazhab Maliki di Makkah.
Proses menyusun kitab ini menarik dan banyak diceritakan dalam pembelajaran di pesantren. Selain itu, sejarah pembentukan kitab ini dimuat dalam kitab-kitab syarahnya salah satunya adalah kitab Jalâul Afhâm Syarh ‘Aqîdatul ‘Awâm karya KH. M. Ihya’ ‘Ulumiddin.
Dikisahkan Syekh Ahmad al-Marzûqi dalam mimpinya melihat Rasulullah SAW dan para sahabat yang berdiri mengelilinginya yang kemudian berkata:
ADVERTISEMENT
“Bacalah sebuah mandhumah ilmu tauhid, yang mana siapa pun yang menghafalnya, maka ia akan masuk surga dan mendapatkan sesuatu yang ingin dicapainya berupa segala kebaikan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits.”
Lalu Syekh Ahmad Al-Marzûqi bertanya, “Syair apa itu wahai Rasulullah?”
Para Sahabat pun menjawab, “Dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW.”
Maka Rasulullah berkata,
“Katakanlah, أَبْدُ بِاسْمِ الله وَالرَّحْمنِ, hingga bait وَصُحُفُ الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ # فِيْهَا كَلَامُ "الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ
Maka Syekh Ahmad Al-Marzûqi mengikuti bait yang diucapkan Rasul seraya Rasulullah mendengarnya, yaitu bait أَبْدُ بِاسْمِ الله وَالرَّحْمنِ hingga وَصُحُفُ الْخَلِيْلِ وَالْكَلِيْمِ # فِيْهَا كَلَامُ الْحَكَمِ الْعَلِيْمِ
Setelah itu, Syekh Ahmad Al-Marzûqi terbangun dari tidurnya dan membaca kembali mandhumah yang didapatkannya dalam mimpi. Spontan beliau utuh menghafalnya dari awal bait hingga akhir.
Dan kemudian terjadi hal serupa kedua kalinya, di mana Syekh Ahmad Al-Marzûqi bertemu Rasulullah SAW dalam mimpi di waktu sahur atau sepertiga malam. Rasulullah SAW berkata, “Bacalah apa yang telah kau himpun di dalam hatimu”.
ADVERTISEMENT
Syekh al-Marzûqi pun membacanya dari awal hingga akhir di hadapan Rasul, sedangkan para sahabat mengelilinginya seraya mengucap “آمين” di setiap akhir bait mandhumah yang dibaca Syekh al-Marzûqi.
Tatkala beliau menyelesaikan bacaannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Semoga Allah memberikan taufik pada sesuatu yang diridhai-Nya, dan menerima madhumah itu, serta memberikan keberkahankepadamu dan orang-orang yang beriman, juga mereka bisa mengambil manfaat darinya, Amiin”.
Setelah peristiwa tersebut, orang-orang kian mengetahui akan mandhumah yang didapat oleh Syekh Ahmad Al-Marzûqi, maka banyak yang menanyakannya. Beliau pun menjawabnya dengan mandhumah yang didapatkan dalam mimpinya, sekaligus menambahkannya dengan bait,
وَكُلُّ مَا أَتَى بِهِ الرَّسُوْلُ # فَحَقُّهُ التَّسْلِيْمُ وَالْقَبُوْلُ
Hingga selesai yaitu sampai pada bait,
ADVERTISEMENT
أبْيَاتُهَا مَـيْـزٌ بِـعَدِّ الْجُمَّل # تَارِيْخُها لِيْ حَيُّ غُرّ جُمَّلِ سَـمَّـيْـتُـهَا عَـقِـيْدَةَ الْـعَوَام # مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَمَامِ
(KH. M. Ihya` ‘Ulumuddin, Jalâul Afhâm Syarh ‘Aqîdatul ‘Awâm, Riyâdh, cetakan ke-2, 1425 H).
(HDP)