Konten dari Pengguna

Sejarah Bani Israil: Asal Usul dan Sifat Buruknya [Lengkap]

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
1 Februari 2021 15:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
clock
Diperbarui 27 Mei 2021 7:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bani Israil. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bani Israil. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bani israil adalah panggilan bagi kaum keturunan Israil atau Israel. Dalam Alquran, Yaqub disebut dengan nama Israil, maka Bani Israil adalah anak-cucu Yaqub.
ADVERTISEMENT
Dalam Alquran, sejarah Bani Israil juga banyak diceritakan. Kaum ini disebut sebagai kaum yang diunggulkan dari umat yang lain. Janji Allah ini berlaku selama mereka berpengang kepada ajaran-Nya. Dalam surat Al Baqarah ayat 74 Allah berfirman:
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat”.
Menurut tafsir Ibnu Katsir, alasan kaum ini memiliki keunggulan adalah karena Allah SWT mengutus nabi-nabi dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka. Israil sendiri merupakan nama lain Nabi Yakub AS, putra dari Nabi Ishaq.
Nabi Ishaq adalah anak kedua dari Nabi Ibrahim AS yang dijuluki sebagai bapak para nabi. Dari garis keturunan inilah lahir kaum Bani Israil.
ADVERTISEMENT

Sejarah Bani Israil

Ilustrasi gurun di Arab Foto: AFP/Mohamed el-Shahed
Nabi Ibrahim memiliki putra yang bernama Ismail dan Ishaq. Ismail kemudian menjadi nenek moyang bangsa Arab, sedangkan Ishaq, bapak Nabi Yaqub, menjadi nenek moyang bangsa Yahudi.
Mengutip Skripsi Karakter Yahudi dalam Perspektif Al-Qur’an oleh Iim Muthmainnah (2019) sejarah Bani Israil diawali dari Israil (Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim AS) yang tumbuh di wilayah bangsa Ka’an di jazirah Arab.
Israil merupakan istilah yang berasal dari Bahasa Ibrani, yaitu isra yang artinya hamba atau kekasih, dan il bermakna Tuhan. Jadi Israil adalah hamba Allah atau kekasih Allah.
Dari keempat istrinya, Yaqub memiliki 12 putra, yakni Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, Yusuf, dan Benyamin.
ADVERTISEMENT
Yusuf tidak disukai saudara-saudaranya hingga ia dijual kepada seorang musafir. Oleh si musafir Yusuf dijual ke Mesir. Setelah melalui masa-masa yang penuh penderitaan, Yusuf menjadi raja muda.
Ilustrasi patung Sphinx di Mesir Foto: Shutter Stock
Saat masa paceklik melanda Mesir dan kawasan di sekitarnya, Nabi Yaqub dan keluarganya hijrah ke Mesir atas undangan Yusuf.
Mereka mulai membangun kehidupan di tempat baru dan beranak pinak hingga lahirlah suatu kelompok yang dikenal sebagai Bani Israil (anak keturunan Israil).
Setelah Nabi Yaqub dan Yusuf wafat, kondisi kaum ini semakin sengsara. Firaun menindas dan memperbudak mereka.
Ia membunuh anak laki-laki karena adanya ramalan bahwa akan lahir seorang anak laki-laki kelahiran Bani Israil yang menjadi penyebab hancurnya kerajaan Firaun.
Mengutip Sifat Bani Israil Menurut M.Quraish Shihab di Dalam Tafsir Al-Misbah karya Heti Handayati Hasibuan (2019), pada suatu hari lahirlah seorang bayi laki-laki. Atas petunjuk Allah, sang ibu menyelamatkan sang putra dengan menghanyutkannya di sugai.
ADVERTISEMENT
Si bayi ditemukan oleh keluarga raja kemudian dijadikan anak angkat yang dinamai Musa. Musa beranjak dewasa. la diberikan petunjuk oleh Allah bahwa dirinya bukanlah anak kandung Firaun.
Sejak kecil, ia memang sering kesal dengan perilaku Firaun yang berperilaku sewenang-wenang terhadap rakyat.
Karena Firaun berbuat semena-mena, Allah mengutus Nabi Musa. Allah telah membekali Nabi Musa dengan mukjizat-mukjizat yang luar biasa, namun Firaun tetap mendustakan Allah.
Wisatawan menikmati suasana di Laut Merah, Mesir. Foto: Pixabay
Kemudian Allah memerintahkan Nabi Musa untuk membawa Bani Israil keluar dari Mesir. Mereka dikejar oleh Firaun dan pasukannya, namun atas izin Allah, Nabi Musa dan kaumnya dapat menyeberangi Laut Merah.
“Dan sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, 'Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari, dan pukul lah (buat lah) untuk mereka jalan yang kering di laut itu, (engkau) tidak perlu takut akan tersusul dan tidak perlu khawatir (akan tenggelam)” (Surat Thaha: 77).
ADVERTISEMENT
Firaun dan pasukannya ikut menyeberang, namun setelah Nabi Musa dan kaumnya sampai di tepi, Laut Merah kembali seperti semula. Akibatnya Firaun beserta pasukannya tewas tenggelam.
Setelah menyelamatkan diri dari Mesir, Bani Israil digiring Nabi Musa menuju ke tanah Sinai. Menurut Tafsir al-Tabarî, jumlah Bani Israil yang keluar dari Mesir bersama Nabi Musa saat itu sebanyak 600.000 orang

Kekufuran Bani Israil

Ilustrasi padang pasir. Foto: Shutter Stock
Bani Israil telah menyaksikan berbagai bukti tentang kebenaran Nabi Musa. Mereka dibebaskan dari kekejaman penguasa dzalim, menyaksikan mukjizat tongkat yang berubah menjadi ular, serta melihat lautan terbelah dan menenggelamkan Firaun beserta pengikutnya.
Namun beberapa kaum ini tetap tidak mengambil pelajaran. Mereka kufur kepada Nabi Musa karena telah terpengaruh oleh paham paganis bangsa Mesir. Sang Nabi meninggalkan mereka untuk bermunajat kepada Allah SWT di bukit Thur.
ADVERTISEMENT
Tidak lama setelah kepergiannya, Bani Israil membuat patung anak sapi dari emas dan perhiasan untuk disembah. Mereka bahkan mengancam untuk membunuh pemimpin mereka jika dihalang-halangi.
Ketika Nabi Musa kembali, ia sangat marah. Dalam tafsirnya, Al-Qurtubi menjelaskan bahwa Nabi Musa membakar patung tersebut dan membuangnya ke laut.
Namun karena kecintaan Bani Israil pada patung anak sapi, mereka meminum air laut. Akibatnya mereka terkena penyakit kuning dan bisul.
Nabi Musa memerintahkan agar kaumnya tunduk pada apa yang terkandung dalam Taurat. Namun mereka juga menolaknya seraya berkata "Kami mendengar dan kami durhaka.
Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan mengangkat gunung Thur di atas kepala mereka. Mereka akhirnya menerima ajaran Taurat dengan enggan.

Bani Israil Minta Ditunjukkan Wujud Allah

Ilustrasi petir menyambar pohon Foto: Pixabay
Kejadian-kejadian luar biasa tersebut tidak jua menggerakkan hati Bani Israil. Kekufurannya malah semakin menjadi-jadi, yaitu dengan meminta diperlihatkan wujud Allah secara kasat mata sebagai bukti kebenaran-Nya.
ADVERTISEMENT
Syarat tersebut melampaui batas sehingga Allah menghukum mereka dengan menyambarkan petir.
“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas," maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan.” (Q.S Al Baqarah ayat 55).
Setelah orang yang tersambar petir tersebut meninggal, Nabi Musa berdoa agar ia dihidupkan kembali. Allah menunjukkan kasihnya dengan membangkitkan orang tersebut. Tujuannya tidak lain adalah agar mereka bersyukur.
Dalam surat Al Baqarah ayat 243 Allah berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”
ADVERTISEMENT

Menolak Perintah Jihad

Ilustrasi Perang Foto: Devanath/Pixabay
Mengutip Eksodus Bani Israil Dari Mesir ke Palestina karya Nurul Hikmah (2018), suatu ketika Nabi Musa AS mengajak kaum ini untuk berjihad di jalan Allah SWT dengan memasuki Bait al-Muqaddas.
Terdapat pemimpin otoriter di dalamnya. Namun kaum ini enggan melakukan hal tersebut karena takut. Terdapat dua orang dari kalangan Bani Israil yang menasihati agar mereka tetap berperang di jalan Allah SWT. Namun nasihat tersebut tetap tidak diindahkan.
Dalam surat Al Maidah ayat 24, dikisahkan mereka berkata:
"Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja."
ADVERTISEMENT
Keengganan Bani Israil untuk taat kepada Nabi Musa juga terabadikan dalam surat Al Maidah ayat 22 yang artinya:
“Mereka berkata, "Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk."
Melansir laman Kemenag, kaum Nabi Musa tersebut merasa lemah dan takut. Bahkan mereka ingin kembali ke Mesir karena penduduk tanah suci itu adalah orang-orang yang kejam dan kasar.

Kasih Allah Kepada Bani Israil

Ilustrasi buah buahan. Foto: dok.Shutterstock
Masih mengutip sumber yang sama, setelah menolak untuk berperang, Allah menetapkan agar Bani Israil tinggal di padang Tiih selama 40 tahun. Meski demikian saat berada di padang pasir, Allah mengutus awan untuk menaungi mereka.
ADVERTISEMENT
Mereka juga tidak pernah kekurangan pangan karena Allah menyediakan manna, salwa dan sumber mata air yang dapat ditemukan tanpa kesulitan.
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS Al Baqarah ayat 60).
Menurut Al Thabari dalam Tafsir Al Thabari, nikmat tersebut diberikan secara bertahap. Setelah makanan dan minuman tersedia, Bani Israil kemudian berkata: “Lalu mana tempat berlindung?” Allah Yang Maha Pengasih menaungi mereka dengan ghamâm.
Ternyata mereka merasa bosan dengan satu makanan saja. Anehnya, meskipun meremehkan ajaran-ajaran yang disampaikan Nabi Musa, kaum ini percaya bahwa doa sang nabi akan dikabulkan Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu mereka meminta untuk diberikan bahan makanan yang lebih bervariasi.
Dalam surat Al Baqarah ayat 61, Allah berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, "Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah." Dia (Musa) menjawab, "Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta." Kemudian mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.”
ADVERTISEMENT
(ERA)