Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah
15 Desember 2020 18:38 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mayoritas catatan tentang sejarah kerajaan Kalingga didapat dari kisah-kisah Tiongkok. Itulah mengapa kerajaan ini juga disebut Ho-Ling, nama yang tercantum dalam sumber Tiongkok. Kerajaan Kalingga mencapai masa kejayaannya saat dipimpin oleh Ratu Shima yang legendaris.
Ingin tahu informasi lainnya tentang kerajaan Kalingga? Berikut adalah sejarah lengkapnya:
Sejarah Kerajaan Kalingga
Ratu Shima memerintah Kerajaan Kalingga untuk menggantikan suaminya, Raja Kartikeyasinga yang wafat pada 674 Masehi. Menurut kisah lokal, Ratu Shima mendidik rakyatnya agar selalu jujur. Ia menindak keras kejahatan pencurian dengan menerapkan hukuman pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri.
Kerajaan Kalingga meraih puncak kejayaannya di bawah pimpinan sang ratu. Perekonomian Kalingga bertumpu pada sektor perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir pantai utara Jawa Tengah menyebabkan kerajaan ini mudah diakses oleh para pedagang.
ADVERTISEMENT
Menurut Ismawati dan kawan-kawan dalam Continuity And Change: Tradisi Pemikiran Islam di Jawa, Kalingga mengambil-alih peran bandar dagang teramai yang awalnya dikuasai oleh Kerajaan Tarumanegara di pesisir utara Jawa bagian barat. Ratu Shima juga berhasil mengembangkan sektor pertanian serta kerajinan tangan untuk meningkatkan ekonomi kerajaan.
Peninggalan Kerajaan Kalingga
Keberadaan kerajaan Kalingga dapat diketahui dari berbagai peninggalannya. Berikut adalah beberapa peninggalan kerajaan Kalingga yang berhasil diidentifikasi:
Prasasti Tukmas ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, yakni di Dusun Dakawu. Prasati ini menggunakan huruf Palawa dan berbahasa Sansekerta.
Prasasti ini menyebutkan tentang mata air jernih yang disamakan dengan sungai Gangga India. Selain itu, terdapat gambar-gambar seperti kendi, kapak, trisula, cakra, dan bunga teratai.
ADVERTISEMENT
Tempat ditemukannya prasasti ini adalah di Desa Sojomerto, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti Sojomerto menggunakan aksara Kawi dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-7 M.
Isi prasasti menyebutkan seorang Negarawan bernama Dapantu Selendra, memiliki seorang ayah bernama Santanu, seorang ibu bernama Bhadrawati, serta istri bernama Sampalu.
Candi Angin yang terletak di Kecamatan Keling disinyalir merupakan peninggalan Kerajaan Kalingga. Mengutip dari portal resmi Kabupaten Jepara, peninggalan arkeologis ini dinamakan Candi Angin karena para ahli spiritual yang datang ke candi ini bisa melihat sebuah pusaran angin di lubang candi.
Candi Bubrah ditemukan di lokasi sekitar Candi Angin. Dinamakan Candi Bubrah karena pada saat ditemukan, kondisinya sudah luluh lantak termakan usia. Candi ini diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-9 Masehi.
ADVERTISEMENT
Di puncak Rahtawu Gunung Muria ditemukan empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. HIngga saat ini belum ada yang bisa memastikan bagaimana cara mengangkut arca tersebut hingga ke puncak, mengingat medan yang begitu berat.
(ERA)