Sejarah Flu Spanyol yang Menggegerkan Dunia 1 Abad Lalu

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
14 April 2020 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pasien Flu Spanyol di barak rumah sakit kampus Colorado Agricultural College, Fort Collins, Colorado, 1918. Foto: American Unofficial Collection of World War I Photographs/PhotoQuest/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Pasien Flu Spanyol di barak rumah sakit kampus Colorado Agricultural College, Fort Collins, Colorado, 1918. Foto: American Unofficial Collection of World War I Photographs/PhotoQuest/Getty Images
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah umat manusia, virus Corona bukanlah satu-satunya pandemi yang menggegerkan dunia. Terdapat beberapa wabah yang menyerang banyak populasi manusia dan menyebabkan kematian yang cukup besar. Salah satunya Flu Spanyol.
ADVERTISEMENT
Pandemi yang terjadi pada 1918 ini menginfeksi sekitar 500 juta orang di seluruh dunia. Meski demikian, Flu Spanyol tidak begitu dikenal secara luas.
Selain karena terjadi lebih dari 100 tahun lalu, penyebarannya yang terjadi selama Perang Dunia I ditutup-tutupi. Sistem pencatatan juga masih buruk pada masa itu.
Seiring berjalannya waktu, kajian tentang Flu Spanyol makin berkembang. Sejarah Flu Spanyol saat ini juga banyak dibicarakan lagi, menyusul pandemi virus Corona yang sedang terjadi. Berikut adalah sejarah Flu Spanyol yang dirangkum dari berbagai sumber:

Bukan Berasal dari Spanyol

Berdasarkan situs CDC (Centers for Disease Control and Prevention), pandemi 1918 ini disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1 dengan gen yang berasal dari unggas. Meskipun tidak ada kesepakatan universal mengenai dari mana virus itu berasal, flu ini dikenal luas dengan nama Flu Spanyol.
ADVERTISEMENT
Menariknya, dikutip dari History, Flu Spanyol tidak berasal dari Spanyol. Selama Perang Dunia I, Spanyol adalah negara netral dengan media bebas yang meliput wabah dari awal. Media Spanyol melaporkan kasus pertama di Madrid pada akhir Mei 1918.
Sebaliknya, negara-negara Sekutu dan Blok Sentral yang menyensor berita tentang flu selama masa perang untuk menjaga harga diri. Karena sumber-sumber berita Spanyol adalah satu-satunya yang melaporkan flu, banyak yang percaya penyakit ini berasal dari sana.
Hingga saat ini para ilmuwan masih belum tahu pasti dari mana Flu Spanyol berasal, meskipun teori menunjuk ke Prancis, China, Inggris, atau Amerika Serikat, di mana kasus pertama dilaporkan di Markas Militer Fort Riley, Amerika Serikat pada 11 Maret 1918.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang percaya tentara yang terinfeksi menyebarkan penyakit ke kamp militer lain di seluruh negeri, kemudian membawanya ke luar negeri. Situasi perang membuat informasi tentang sumber penyebaran virus ini tidak jelas. Masing-masing negara yang diduga menjadi awal penyebaran cenderung menutup-nutupinya.
Siswa di sekolah Jepang memakai masker. Foto: National Archives

Gejala

Gelombang pertama pandemi Flu Spanyol terjadi di musim semi 1918. Orang yang sakit mengalami gejala flu seperti menggigil, demam, dan kelelahan. Mereka biasanya sembuh setelah beberapa hari, dan jumlah kematian yang dilaporkan rendah.
Namun, gelombang kedua yang lebih berbahaya muncul pada musim gugur tahun yang sama. Pasien yang terinfeksi meninggal dalam beberapa jam atau sekian hari setelah gejala muncul. Kulit membiru dan paru-paru dipenuhi dengan cairan yang menyebabkan sesak.
ADVERTISEMENT

Memakan Banyak Korban Jiwa

Korban tewas akibat flu Spanyol diperkirakan antara 20 juta hingga 50 juta di seluruh dunia. Perkiraan lain bahkan menyatakan adanya 100 juta korban. Ini sekitar 3 persen dari populasi dunia saat itu.
Di Hindia Belanda, kota-kota pelabuhan yang menjadi transit penumpang luar negeri adalah yang paling awal terkontaminasi. Virus lalu menyebar ke daerah pedalaman di sekitar jalur kereta api seiring dengan pergerakan manusia.
Tingkat kematian tertinggi (lebih dari 15 persen dari total populasi) akibat pandemi Flu Spanyol di Hindia-Belanda tercatat di Madura, Banten, Kediri, Surabaya, dan Cirebon. Sebagaimana ditulis Siddharth Chandra dalam “Mortality from the Influenza Pandemic of 1918-19 in Indonesia” yang terbit di jurnal Population Studies (2013).
ADVERTISEMENT

Tanpa Vaksin

Warga di California di tahun 1918 memakai masker untuk melindungi diri dari wabah Flu Spanyol atau Spanish Flu. Berlangsung dari Januari 1918 sampai Desember 1920, ini adalah pandemi influenza yang secara tidak biasa mematikan. Foto: National Archives
Ketika pandemi melanda, dokter dan ilmuwan tidak yakin penyebab penyakit atau bagaimana cara mengobatinya. Kondisi saat itu berbeda dengan sekrang, di mana tidak ada vaksin atau obat yang efektif untuk mengobati flu.
Selain itu, rumah sakit di beberapa daerah sangat kewalahan dengan pasien flu. Sekolah, rumah, dan bangunan lainnya harus diubah menjadi rumah sakit darurat.
Pejabat di beberapa wilayah memberlakukan karantina, memerintahkan warga untuk mengenakan masker, dan menutup tempat-tempat umum, termasuk sekolah dan rumah ibadah. Orang-orang disarankan untuk tidak berjabat tangan, tetap berada di dalam rumah, dan dilarang meludah di sembarang tempat.
Pemerintah Hindia-Belanda saat itu menurut Priyanto Wibowo dan kawan-kawan dalam Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda (2009) gagap menghadapi pandemi. Para dokter kolonial mengusulkan candu sebagai obat sementara untuk mengurangi rasa sakit.
ADVERTISEMENT

Berakhirnya Flu Spanyol

Dikutip dari History, pada musim panas 1919, pandemi flu berakhir. Ini disebabkan karena orang-orang yang terinfeksi meninggal atau mengembangkan imunitas melawan virus tersebut.
(ERA)