Konten dari Pengguna

Sejarah Hari Kartini yang Diperingati Setiap 21 April

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
20 April 2021 16:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kartini. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kartini. Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang emansipasi perempuan, pasti tidak dapat dipisahkan dari sosok RA Kartini. Lahir pada 21 April 1879, Kartini berhasil mengangkat martabat kaum perempuan dengan memajukan pendidikan untuk mereka.
ADVERTISEMENT
Semua itu bermula dari telaah kritis yang dituangkan dalam tulisan, kemudian diwujudkan dengan berdirinya bangunan-bangunan sekolah. Sebagaimana diketahui, pemikiran yang masyhur dalam masyarakat Jawa kala itu adalah perempuan dianggap sebagai konco wingking, yaitu pelayan suami untuk urusan belakang. Dengan demikian, wanita dianggap tidak perlu mendapatkan pendidikan yang tinggi.
Lantas, bagaimana sejarah awal peringatan Hari Kartini? Simak penjelasannya berikut ini.

Sejarah Hari Kartini

Kartini, Foto: freepik
Peringatan Hari Kartini tidak bisa dipisahkan dari keinginan Kartini untuk memajukan wanita pribumi. Mengutip buku Sisi Lain Kartini yang disusun Djoko Marihandono dkk, Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan putri dari bangsawan Jawa, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Oleh sebab itu beliau berkesempatan untuk mengenyam pendidikan formal di ELS (Europese Lagere School).
ADVERTISEMENT
Setelah lulus dari ELS, Kartini muda bercita-cita untuk melanjutkan sekolah ke Belanda. Malangnya, keinginan tersebut ditentang sang ayah. Sebab ketika menginjak usia 12 tahun, anak gadis harus dipingit hingga ada orang yang melamar untuk dijadikan istri.
Hal ini tidak mematahkan semangatnya. Hari-harinya justru banyak dihabiskan untuk membaca dan berefleksi tentang kondisi sosial di sekitar. Mengutip situs Kemdikbud, Kartini juga aktif berkirim surat dengan teman-temannya yang ada di Belanda, salah satunya Rosa Abendanon yang selalu mendukungnya.
Kartini, Foto: freepik
Dari Abendanon, Kartini mulai banyak membaca buku-buku dan koran Eropa. Kartini pun menyadari bahwa kaum perempuan dan bangsanya masih jauh terbelakang. Ia ingin agar kaumnya memiliki pengetahuan luas dan pikiran maju layaknya wanita Eropa.
ADVERTISEMENT
RA Kartini pun berinisiatif mendirikan sekolah gadis. Mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca, menulis, menjahit, merenda, memasak, dan sebagainya. Sekolah tersebut pun mendapat apresiasi dari masyarakat sekitar.
Pada 8 November 1903, Kartini memutuskan menikah dengan Bupati Rembang R.M Joyohadiningkat. Beruntungnya sang suami sangat memahami cita-cita Kartini. Kartini diberi keleluasaan untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.
Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang anak yang diberi nama Soesalit Djojohadhiningrat. Sayangnya, beberapa hari kemudian beliau mengembuskan napas terakhir di usia yang masih cukup muda, yakni 25 tahun.
R.A Kartini. Foto: Freepik
Meski demikian, api semangat yang disulut oleh Kartini tidak padam. Surat-surat Kartini dibukukan oleh Mr. J.H Abendanon yang kala itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia.
ADVERTISEMENT
Pada 1922 buku tersebut kemudian diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Melalui buku ini, generasi bangsa dapat mempelajari pemikiran brilian RA Kartini tentang emansipasi perempuan, humanitarianisme, dan nasionalisme.
Untuk mengenang jasa-jasa RA Kartini, Presiden Soekarno menetapkannya sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Keppres RI No. 108 Tahun 1964. Soekarno juga menjadikan tanggal kelahiran Kartini, yakni 21 April sebagai Hari Kartini.
(ERA)