Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Idul Adha, Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
20 Juli 2020 12:49 WIB
Diperbarui 7 Mei 2024 15:28 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 1-2).
Dengan demikian, kurban dapat dimaknai sebagai bentuk kepasrahan seorang hamba untuk mendekatkan diri dengan Pencipta-Nya. Hal ini ada kaitannya dengan asal-usul perayaan Idul Adha yang dilatarbelakangi oleh ujian yang menerpa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Bagaimana kisahnya? Berikut sejarah Idul Adha selengkapnya yang dihimpun dari berbagai sumber:
Kekayaan Nabi Ibrahim
Dalam kitab “Misykatul Anwar”, Nabi Ibrahim saat itu merupakan orang yang kaya raya dengan ternak melimpah. Nabi Ibrahim memiliki 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta.
Suatu hari, seseorang bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Milik siapa ternak sebanyak ini?” kemudian Nabi menjawab, “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim, pernyataan tersebutlah yang kemudian dikehendaki Allah SWT sebagai bahan ujian untuk menguji keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS.
Mimpi Nabi Ibrahim
Setelah menikah, Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Hajar, tidak kunjung dikaruniai keturunan dalam waktu yang sangat lama. Nabi Ibrahim selalu berdoa secara khusyuk kepada Allah untuk diberikan seorang anak yang soleh.
Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim, dan Siti Hajar akhirnya mengandung. Siti Hajar melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail.
Sebagaimana tercatat dalam Surat Ash-Saffat Ayat 99 - 113 , suatu hari, Nabi Ibrahim bermimpi diperintah untuk menyembelih putranya yang telah remaja tersebut. Mimpi ini datang selama 3 kali berturut-turut. Nabi Ibrahim memahami bahwa mimpi itu adalah perintah dari Allah. Ia pun mendatangi Ismail untuk menceritakan mimpinya.
ADVERTISEMENT
Dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Nabi Ibrahim mendiskusikan perintah Allah ini bersama sang anak secara terbuka dan demokratis. Ia meminta pendapat Ismail mengenai mempinya tersebut.
“Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat: 102)
Keduanya bersepakat untuk menjalankan perintah Allah.
Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Dengan kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa, ayah dan anak tersebut melakukan kurban. Nabi Ibrahim mengurbankan anak tercinta yang kelahirannya dahulu sangat dinanti-nantikan, sementara Nabi Ismail mengurbankan hidupnya.
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya dan bersiap melakukan penyembelihan. Saat Nabi Ibrahim hendak mengayunkan pedang, Allah SWT berkehendak lain. Sebagai imbalan atas keikhlasan dan iman keduanya, Allah menggantikan tubuh Nabi Ismail dengan domba jantan dari Surga.
ADVERTISEMENT
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat (37) : 104:107).
Peristiwa tersebut adalah ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dan mereka berhasil melewatinya. Ketakwaan dan kesabaran kedua utusan Allah ini menjadi teladan bagi muslim. Inilah asal mula sunnah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam Hari Raya Idul Adha.
(ERA)