Konten dari Pengguna

Sejarah Masuknya Kristen ke Indonesia, Dimulai Sejak Abad ke-16

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
20 Mei 2021 17:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Misa Natal di Gereja katedral, Jakarta Pusat, Rabu (25/12).  Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Misa Natal di Gereja katedral, Jakarta Pusat, Rabu (25/12). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Selama ini materi tentang sejarah masuknya Kristen ke Indonesia dirangkum dalam kerangka misi Gold, Gospel, dan Glory bangsa Eropa. Kenyataannya, penyebaran agama Nasrani cukup kompleks, melibatkan pergumulan hegemoni antara bangsa-bangsa Barat yang pernah bercokol di Nusantara.
ADVERTISEMENT
Motif utama VOC adalah perdagangan. Mereka tidak terlalu bergairah untuk menjalankan misi Kekristenan kecuali untuk tujuan profit. Hal ini berbeda dengan Portugis yang memang mengusung misi gospel.
Sejarah mencatat masuknya kekristenan ke Indonesia dimulai pada abad ke-16 dengan penyebaran agama Katolik oleh Portugis. Belanda kemudian membawa agama Protestan pada awal abad ke-17.
Guna memahami lebih jauh tentang sejarah masuknya agama Kristen di Indonesia, simak penjelasan lengkapnya berikut ini:

Portugis dan Misi Penyebaran Kristen Katolik di Nusantara

Ilustrasi Salib memperingati Paskah. Foto: Pixabay
Mengutip jurnal Portugis dan Misi Kristenisasi di Ternate oleh Usman Nomay (204), Kristen mulai memasuki wilayah Nusantara setelah Portugis berhasil merebut Malaka, pusat perdagangan di Asia Tenggara. Dari Malaka, mereka berlayar ke wilayah penghasil rempah-rempah yaitu Maluku.
ADVERTISEMENT
Saat tiba di Maluku mereka disambut dengan baik oleh Sultan Ternate, bahkan diberi kesempatan untuk membangun benteng. Orang-orang Portugis mengusung misi Jesuit, yaitu kapanpun dan dimana pun, pengabaran Injil adalah sebuah pesan suci yang perlu dilaksanakan.
Ilustrasi berdoa di gereja. Foto: Shutterstock
Oleh sebab itu mereka mulai melaksanakan berbagai macam metode untuk mengajak orang-orang Ternate yang beragama Islam atau yang masih menganut dinamisme dan animisme untuk mengimani Kristen Katolik. Laki-laki Portugis mengawini budak-budak dan perempuan pribumi, kemudian menjadikan mereka penganut Katolik.
Melalui politik devide et impera dan kerjasama dengan penguasa lokal dalam bidang perdagangan, Portugis mulai melakukan misi Jesuitnya. Kepada orang awam, Portugis memberikan pengetahuan bahwa agama Kristen memberi kedamaian dan keselamatan.
Seorang misionaris, Franciscus Xaverius bahkan berhasil membaptis beribu-ribu orang. Selain Maluku, misi Katolik juga menyebar ke daerah-daerah lain seperti Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur, sebelum Portugis diusir dari Kepulauan Nusantara pada 1575.
ADVERTISEMENT

Masuknya Agama Kristen Protestan di Indonesia

Sejumlah umat Kristen Protestan menaiki tangga sebelum ibadah kebaktian Paskah di Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, Jakarta, Minggu (4/4). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Mengutip jurnal Misi Kristen di Indonesia: Kesaksian Kristen Protestan oleh Benyamin F. Intan (2015), mulanya dalam kontrak antara VOC dan Belanda tidak terdapat pasal tentang kekristenan. Namun pada 1623 VOC juga diharuskan menyebarkan misi Kristen.
Karena motif utama VOC adalah perdagangan, maka dukungan terhadap penyebaran misi Protestan dilakukan selama hal tersebut mendatangkan keuntungan.
Setelah kekuatan Portugis di Nusantara hancur, pejabat VOC beranggapan pengkonversian agama penduduk dari Katolik ke Protestan sangat penting agar loyalitas mereka berpindah dari Portugis ke Belanda.
Oleh sebab itu selama kurun waktu 1602-1800, VOC mengirimkan 254 pendeta dan 800 konselor Kristen. Mereka memang berhasil mengkristenkan banyak orang, namun karena VOC berorientasi pada keuntungan politik dan ekonomi, banyak ditemukan warga yang identitasnya saja Kristen, namun pada praktiknya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Orientasi pada jumlah ini malah menghasilkan sinkretisme.
Gereja Kristen Pasundan, Kampung Sawah, Bekasi. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Mengutip Kolonialisme dan Misi Kristen di Jawa karya Muhammad Isa Anshory (2011), dibandingkan VOC, pemerintah Hindia Belanda memberikan lebih banyak perhatian terhadap perkembangan Kristen di wilayah koloninya. Pemerintah bahkan memberikan gaji kepada para pendeta yang berkarya di Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Namun untuk menjaga ketertiban dan keamanan, beberapa daerah yang berpenduduk mayoritas Muslim dinyatakan tertutup bagi kegiatan misi. Misionaris yang akan menyebarkan agama harus mengantongi izin terlebih dahulu dari pemerintah.
Di era politik etis, persebaran Kristen semakin meluas. Para misionaris dengan bantuan subsidi pemerintah mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan balai-balai kesehatan.
(ERA)