Sejarah Museum Sumpah Pemuda yang Dikenal Sebagai Gedung Kramat 106

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2020 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Museum Sumpah Pemuda. Foto: .Shika Arimasen Michi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Museum Sumpah Pemuda. Foto: .Shika Arimasen Michi/kumparan
ADVERTISEMENT
Museum Sumpah Pemuda menyimpan sejarah penting terkait momen perjuangan para pemuda. Bangunan yang disebut Gedung Kramat ini menjadi saksi bisu dari kelahiran sumpah yang dicetuskan pada 92 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Sumpah Pemuda merupakan ikrar yang dicetuskan pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928. Sumpah tersebut memuat ikrar tentang Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.
Melansir Kemdikbud, Museum Sumpah Pemuda sejatinya adalah rumah milik Sie Kong Liang. Sejak 1908, bangunan yang disebut Commensalen Huis ini kerap dijadikan tempat tinggal untuk para pelajar Stovia (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dan RS (Rechtsschool).
Beberapa pelajar yang pernah tinggal disana adalah Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi, Asaat, Ferdinand Lumban Tobing, dan lainnya.
Museum Sumpah Pemuda Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Pada 1927, Gedung Kramat 106 kerap dimanfaatkan untuk tempat latihan kesenian Langen Siswo dan organisasi. Salah satu tokoh yang sering menggunakan gedung ini adalah Soekarno bersama anggota Algemeene Studie Club.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, gedung Kramat juga sering dijadikan tempat pertemuan seperti kongres Sekar Roekoen dan kongres PPPI. Karena itulah, gedung ini disebut sebagai Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw yang artinya gedung pertemuan.
Pada 1928, Gedung Kramat menjadi lokasi Kongres Pemuda II yang dipimpin oleh Soegondo Djojopuspito. Dalam gedung tersebut, Sumpah Pemuda akhirnya terbentuk. Usai peristiwa Sumpah Pemuda, gedung ini semakin sepi karena penghuninya sudah lulus belajar.
Museum Sumpah Pemuda (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
Pada 1934, gedung tersebut pun disewakan pada Pang Tjem sebagai rumah tinggal hingga 1937. Setelah itu, Gedung Kramat dipegang oleh Loh Jing Tjoe dan digunakan sebagai toko bunga.
Hingga akhirnya, bangunan ini dijadikan sebagai Hotel Hersia pada 1948-1951. Setelah menjadi hotel, gedung ini disewakan oleh Inspektorat Bea dan Cukai sebagai perkantoran.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada 3 April 1973, Gedung Kramat 106 diperbaharui oleh Pemda DKI Jakarta. Usai pemugaran selesai pada 20 Mei 1973, bangunan ini dijadikan museum Gedung Sumpah Pemuda yang dikenal hingga saat ini.
(GTT)