Konten dari Pengguna

Sejarah NU (Nahdlatul Ulama), Organisasi Islam Terbesar di Indonesia

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
31 Januari 2022 11:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Nahdlatul Ulama (NU). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nahdlatul Ulama (NU). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia 96 tahun pada hari ini, Senin (31/1). Sejak berdiri pada tahun 1926, NU kini telah berhasil menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Organisasi NU memiliki haluan ideologi Ahlussunnah Wal Jamaah. Para ulama yang tergabung di dalamnya berkiblat pada Alquran dan sunnah yang diperkuat dengan pendapat Ijma dan Qiyas.
NU didirikan oleh KH. Hasyim Asyari yang merupakan seorang kyai di Pesantren Tebuireng, Jombang. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah.
Bersama ulama lain, KH. Hasyim Asyari mulai membangun NU yang hukum-hukumnya berkiblat pada empat imam mazhab. Bagaimana sejarah NU dari masa ke masa? Simak artikel berikut untuk mengetahui jawabanya.

Sejarah NU (Nahdlatul Ulama)

Ilustrasi Nahdlatul Ulama (NU). Foto: Shutterstock
Secara bahasa, nahdlatul ulama memiliki arti kebangkitan ulama. Lahirnya organisasi ini dipicu oleh berbagai masalah keagamaan yang terjadi di kalangan masyarakat.
NU bertekad meneguhkan mazhab dan kebangsaan-sosial umat Muslim secara menyeluruh. Selain KH. Hasyim Asyari, tokoh ulama yang berperan mewujudkan tekad tersebut ialah KH. Wahab Hasbullah.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Merakit Negeri Berserakan karya Masykur Hasyim, tradisi NU yang dilakukan secara rutin berhasil mengumpulkan para ulama lain untuk bergabung. Contohnya adalah tradisi tahlilan, wirid, haul, dan selametan.
Bicara soal sejarah NU, pada tahun 1926 diadakan rapat koordinasi antar anggota organisasi Islam di Cianjur. Dalam rapat tersebut, para anggota mengutus dua orang pergi ke Mekah untuk bertemu ulama Arab.
Ilustrasi Nahdlatul Ulama (NU). Foto: Supri/REUTERS
Tujuannya tidak lain untuk membawa persoalan praktik Islam tradisional yang terjadi di Indonesia. Pokok bahasannya mengacu pada situasi kelompok Islam-tradisional yang kerap mendapat tantangan dari Islam-reformis.
Akhirnya, para Kyai pun berkumpul dan membentuk komite Hijaz di rumah KH. Abdul Wahab Hasbullah. Pembentukan komite ini menjadi awal mula terbentuknya organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU).
ADVERTISEMENT
Kemudian, NU kian berkembang pesat menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia. Di usianya yang hampir menginjak satu abad, NU berdiri berdampingan dengan kelompok Islam-reformis, Muhammadiyah.

Pendiri NU (Nahdlatul Ulama)

Ilustrasi hasyim asyari. Foto: wikipedia
KH. Hasyim Asyari lahir pada tanggal 10 April 1875 di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Beliau merupakan putra dari pasangan Kyai Asyari dan Halimah.
Ayahnya merupakan seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Sedangkan ibunya adalah seorang Nyai yang setia mendampingi perjalanan dakwah suami tercinta.
Mengutip Fajar Kebangunan Ulama: Biografi KH. Hasyim Asy’ari karya Lathiful Khuluk, KH. Hasyim Asyari merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara. Dari garis keturunan ibunya, KH. Hasyim Asyari merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir atau Sultan Pajang.
ADVERTISEMENT
Seja kecil, Hasyim Asyari sudah mendapat pendidikan dan nilai-nilai agama Islam dari ayah dan ibunya. Beliau juga mempelajari ilmu agama dari beberapa pesantren dan Kyai.
Ilustrasi hasyim asyari. Foto: wikipedia
Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asyari pergi menuntut ilmu ke Mekah. Di sana beliau belajar dengan ulama dan tokoh agama masyhur di bidang ilmu hadits.
Salah satu guru yang membimbing KH. Hasyim Asyari selama belajar di Mekah ialah Syaikh Mafudz. Beliau merupakan ulama pertama dari Indonesia yang mengajar Sahih Bukhori di Mekah.
Selain belajar Hadis, KH. Hasyim Asyari juga belajar ilmu tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Ilmu yang didapatkannya kemudian digunakan sebagai bekal untuk menyelesaikan berbagai permasalahan Islam di Indonesia.
(MSD)