Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Perkembangan Tanjidor, Kesenian Betawi Warisan Kolonial
28 Desember 2020 18:24 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masyarakat Betawi pasti sudah tidak asing dengan kesenian tradisional Tanjidor. Keseninan tanjidor merupakan ansambel musik yang berkembang pada abad ke-18. Nama Tanjidor diperkirakan berasal dari Bahasa Portugis tangedor yang artinya alat-alat musik berdawai.
ADVERTISEMENT
Meski terinspirasi dari musik Eropa, Tanjidor berbeda dengan kesenian “tangedor” yang dimiliki bangsa Portugis. Sebab Tanjidor yang dikembangkan oleh masyarakat Betawi lebih banyak menggunakan alat musik tiup.
Alat musik tiup yang dimainkan dalam orkestra Tanjidor umumnya terdiri dari klarinet, trombon, piston, dan saksofon. Ada juga alat musik pukul seperti drum, simbal, dan tambur.
Sejarah Perkembangan Tanjidor
Anwar Tanjung dalam buku Seni Budaya Betawi Mengiring Zaman menjelaskan bahwa musik Tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai ke-16 Masehi. Orkes ini dimainkan oleh para budak untuk menghibur tuannya.
Pada mulanya mereka memainkan lagu-lagu Eropa karena harus mengiringi pesta dansa, polka, mars, dan lagu-lagu parade. Ketika perbudakan dihapus pada 1860, para budak yang dahulu merupakan pemain musik membentuk perkumpulan musik yang dinamakan Tanjidor. Ada pula yang mencari penghasilan dengan cara mengamen menggunakan musik Tanjidor.
Seiring berjalannya waktu Tanjidor terus berkembang dalam masyarakat Betawi. Jika awalnya grup musik Tanjidor banyak membawakan lagu Eropa, mereka mulai memainkan lagu-lagu dan irama khas Betawi.
ADVERTISEMENT
Sekarang Tanjidor biasa digunakan untuk mengiringi pawai dan mengarak pengantin. Melansir dari situs Lembaga Kebudayaan Betawi, beberapa judul lagu yang dibawakan saat ini masih berbau Belanda meski dengan pengucapan Betawi.
Lagu tersebut di antaranya adalah Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was Tak-tak, dan Welmes. Ada juga lagu-lagu Betawi yang sering dimainkan dalam Tanjidor seperti Jali-Jali, Surilang, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, dan Cente Manis.
(ERA)