Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang Beserta Pemicunya
6 Juli 2021 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:49 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertempuran lima hari di Semarang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan. Itu bukti bahwa Indonesia masih harus berjuang mempertahankan kemerdekaan meski telah mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang berdaulat.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, kekuatan dari negara penjajah memang masih bercokol di Bumi Pertiwi. Pertempuran pun pecah di berbagai daerah, termasuk di Semarang. Bagaimana sejarah pertempuran lima hari di Semarang? Ketahui kronologinya berikut ini:
Penyebab Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa heroik yang terjadi di Semarang pasca kemerdekaan berlangsung pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Peristiwa ini dipicu oleh dua hal, yaitu kaburnya tentara jepang dan gugurya Dokter Karyadi.
Mengutip buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3 Untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Ratna Sukmayani dkk (2008), pada 14 Oktober 1945, sekitar 400 veteran Angkatan Laut Jepang yang hendak dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak saat dipindahkan ke Semarang.
ADVERTISEMENT
Mereka kemudian bergabung dengan Kidobutai, batalyon Jepang yang dipimpin Mayor Kido. Mereka melakukan perlawanan dengan alasan untuk menyelamatkan orang-orang Jepang yang menjadi tawanan.
Menukil dari buku Tingkat Kesadaran Sejarah Masyarakat Propinsi Jawa Tengah oleh Hamid Abdullah dkk (1987), di tanggal yang sama, pasukan Jepang tiba-tiba menyerang dan melucuti delapan petugas kepolisian yang sedang bertugas untuk menjaga persediaan air minum di Jalan Wungkal.
Kemudian beredar isu bahwa Jepang telah meracuni air minum tersebut. Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), Dokter Karyadi mencoba memeriksa kebenaran isu tersebut.
Namun dalam perjalanan, mobil yang ditumpanginya diserang hingga membuat Dokter Karyadi gugur. Tentu saja ini memicu kemarahan rakyat Semarang sehingga pertempuran pun tidak terelakkan.
ADVERTISEMENT
Akhir dari Pertempuran Lima Hari di Semarang
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan para pemuda bertempur melawan pasukan Kidobutai yang kala itu dibantu batalyon Jepang lain yang kebetulan sedang singgah di Semarang. Mengutip buku Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang oleh Syamsuar Said (1984), perlawanan pertama dilancarkan TKR pimpinan Letnan Widarjo.
Karena kekuatan Jepang lebih besar, Letnan Widarjo ditangkap bersama 30 anak buahnya dan kemudian dibunuh. Pertahanan pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) di gedung Lawang Sewu juga dibobol Jepang.
Sebanyak 20 orang pemuda AMKA menjadi korban. Dari hari ke hari, pertempuran semakin sengit. Sebanyak 2000 orang pejuang Indonesia gugur pada peristiwa tersebut, sedangkan 850 orang dari pihak Jepang tewas.
Mengutip Sejarah Pertempuran Lima Hari Di Semarang oleh Panitia Penyusunan PLHDS (1977), pada 19 Oktober 1945, kapal besar HMS Glenroy yang mengangkut tentara Sekutu berlabuh di Semarang. Pertempuran baru berhenti setelah Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro dan pemimpin TKR berunding dengan komandan tentara Jepang.
ADVERTISEMENT
Proses gencatan senjata dipercepat setelah Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu terlibat dalam perundingan tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu kemudian melucuti senjata Jepang dan menawan mereka. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun Monumen Perjuangan Tugu Muda di Simpang Lima.
(ERA)