Konten dari Pengguna

Sejarah Resesi Ekonomi Indonesia 1998, Salah Satu yang Terparah di Asia Tenggara

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
5 Agustus 2020 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi resesi ekonomi 2020. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi resesi ekonomi 2020. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Mewabahnya COVID-19 membuat perekonomian dunia mengalami resesi termasuk Indonesia. Di mana terjadinya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi riil menjadi negatif selama lebih dari tiga bulan atau dua kuartal berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di negara sendiri, resesi ekonomi juga akan berdampak pada negara lainnya di dunia karena adanya kegiatan perdagangan dan investasi global.
Tahun 2020 ini misalnya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan perekonomian global akan minus 5,2 persen. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan akan ada minus sebesar 4,9 persen.
Resesi ekonomi bukan lagi hal baru bagi Indonesia. Pada tahun 1998, Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi di mana pertumbuhan ekonomi yang sebelumnya positif, mendadak krisis bahkan minus.
Sejatinya, krisis ini sudah terjadi selama enam bulan di tahun 1997 dan berlanjut ke sembilan bulan awal tahun 1998. Pemerintah bahkan sempat meminta bantuan dari IMF pada Oktober 1997.
Ilustrasi krisis ekonomi. Foto: iStock
Resesi ekonomi Indonesia 1998 terjadi pada masa pemerintahan Soeharto. Bahkan, peristiwa ini juga disebut-sebut menjadi penyebab utama tumbangnya masa Orde Baru setelah berkuasa selama 32 tahun.
ADVERTISEMENT
Tercatat sebagai krisis ekonomi terparah di Asia Tenggara, resesi ekonomi Indonesia menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi bangsa. Berawal dari krisis nilai tukar mata uang Thailand (Baht) kemudian melesat menjadi krisis di Asia Tenggara.
Membengkaknya utang negara dalam bentuk valuta asing menjadi salah satu pemicu yang memperparah resesi ekonomi Indonesia. Mulai dari utang pemerintah, BUMN hingga perusahaan swasta.
Utang negara per Maret 1998 mencapai 138 miliar dollar AS, di mana 72,5 miliar dollar di antaranya adalah utang swasta. Dua pertiga dari 72,5 dollar berjangka pendek. Dan 20 miliar dollar AS harus dibayar di tahun 1998.
Hal ini menyebabkan nilai Rupiah turun menjadi Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997. Sementara itu, lebih dari 70 persen perusahaan yang tercatat di pasar modal, bangkrut. Akibatnya, jumlah pengangguran bertambah dan garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total penduduk.
ADVERTISEMENT
Resesi 1998 berlangsung sampai adanya perjanjian Indonesia dengan IMF pada bulan Juni 1998 yang saat itu di bawah pimpinan B.J. Habibie. Perjanjian keempat tersebut menghasilkan adanya tanda pemulihan ekonomi dalam waktu beberapa bulan.
Terbukti nilai tukar rupiah mulai kembali menguat pada bulan Oktober 1998 dan inflasi membaik secara drastis. Hal ini membuat saham-saham di Bursa Efek Indonesia mulai bangkit dan ekspor non-migas hidup kembali menjelang akhir tahun.
(Rav)