Konten dari Pengguna

Sejarah Taman Ismail Marzuki Sebagai Pusat Kesenian Jakarta

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
14 Juli 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hasil kerajinan keramik yang dibuat para peserta workshop di Selasar Gedung Panjang Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (7/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Hasil kerajinan keramik yang dibuat para peserta workshop di Selasar Gedung Panjang Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (7/7/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan pusat kesenian yang terletak di kawasan Jakarta. Tempat ini menyajikan berbagai kesenian tradisional dan kontemporer yang dibuat langsung oleh seniman Nusantara.
ADVERTISEMENT
Di Taman Ismail Marzuki, para seniman memiliki wadah untuk memamerkan karyanya. Khusus di bidang sastra, berbagai pentas drama eksperimental pun turut ditampilkan.
Acara bertajuk diskusi, seminar, simposium, ceramah, pentas sastra, dan pertemuan antarsastrawan juga berlangsung secara rutin di sini. Setiap tahunnya, Taman Ismail Marzuki mengadakan lomba penulisan novel, drama, puisi, esai, dan penghargaan bagi karya sastra yang bermutu.
Kini, Taman Ismail Marzuki telah mengalami banyak perubahan. Seperti apa prosesnya? Berikut sejarah Taman Ismail Marzuki selengkapnya yang menarik untuk Anda simak.

Sejarah Taman Ismail Marzuki

Taman Ismail Marzuki terletak di kawasan Jakarta, tepatnya di jalan Cikini Raya No. 73. Taman ini merupakan bekas dari Kebun Binatang Cikini yang luasnya memanjang dari Jalan Cikini Raya sampai tepi sungai Ciliwung di sebelah timurnya.
Seorang pengunjung mencari buku bacaan di Perpustakaan Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (11/7/2022). Foto: Budi Prasetio/ANTARA FOTO
Lokasi tersebut dihibahkan langsung oleh pelukis Raden Saleh pada tahun 1862. Hingga pada tahun 1961, kebun binatang Cikini pun dipindahkan ke Ragunan.
ADVERTISEMENT
Lahan tersebut dialihfungsikan menjadi taman publik dan pusat kesenian Jakarta. Mengutip buku Sejarah Kota Jakarta 1950-1980 karya Edi Sedyawati, dkk., Gedung Grand Theater mulai dibangun di sana pada tahun 1996.
Gedung Grand Theater kemudian berubah nama menjadi Theater Jakarta. Gedung ini merupakan proyek masterplan Taman Ismail Marzuki yang sudah dirancang oleh arsitektur bernama Raul Renanda dan Altelier.
Bicara asal-usul penamaan, sebenarnya pusat kesenian ini diambil dari nama seorang komponis asal Jakarta yang bernama Ismail Marzuki. Beliau merupakan tokoh hebat di balik penciptaan lagu-lagu legendaris Tanah Air.
Lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki telah memperkaya khasanah musik Indonesia. Melalui karyanya, beliau telah menginspirasi dan memberikan semangat kepada bangsa Indonesia untuk terus maju memperjuangkan Tanah Air.
Sejumlah anak belajar sambil bermain di Perpustakaan Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin (11/7/2022). Foto: Budi Prasetio/ANTARA FOTO
Mengutip buku Revitalisasi Taman Ismail Marzuki yang disusun oleh Pusat Data dan Analisa Tempo (2020), Taman Ismail Marzuki diresmikan pada 10 Oktober 1969 oleh Gubernur DKI Ali Sadikin. Lalu, tempat ini dijadikan sebagai pusat berbagai kegiatan kesenian meliputi seni tradisional, kontemporer, daerah, dan asing.
ADVERTISEMENT
Seni yang ditampilkan pun sangat beragam, di antaranya seni teater, seni musik, seni tari, seni rupa, seni sastra, seni film, dan lain-lain. Untuk menampung deretan kegiatan tersebut, berbagai bangunan megah pun dibangun di dalamnya.
Hampir setiap bulan kegiatan kesenian berupa konser musik, tari, dan drama digulirkan. Keberadaan Taman Ismail Marzuki sebagai taman dan pusat kesenian semakin memberikan warna bagi kota Jakarta.
Di taman ini pula berbagai cabang seni dapat dihidupkan kembali dan dikembangkan. Sampai saat ini, Taman Ismail Marzuki dikelola oleh dua lembaga penting, yaitu Dewan Kesenian Jakarta dan Pusat Kesenian Jakarta.
(MSD)