Sejarah Tanggal 29 Februari, dari Romawi Kuno Hingga Zaman Modern

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
26 Februari 2020 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kalender Kuno. Sumber: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kalender Kuno. Sumber: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Pasti pernah terpikir di benak kita mengapa tanggal 29 Februari hanya bisa dijumpai empat tahun sekali? Bahkan terasa janggal bila berpikir kenapa bulan Februari hanya terdiri dari 28 hari? Padahal, 11 bulan lainnya di dalam kalender ada yang mencapai 30 sampai 31 hari.
ADVERTISEMENT
Itu semua bukan tanpa sebab. Terdapat kisah panjang dan alasan kuat di balik penetapan 28 hari di bulan Februari. Bangsa Romawi sebagai yang pertama menciptakan kalender punya perhitungan astronomi dalam menentukan hari dan tanggal.
Hingga sekarang, kalender Masehi dari Bangsa Romawi masih menjadi acuan di seluruh dunia. Kepopuleran kalender Masehi tentu tidak lepas dari keakuratan penunjuk waktu dalam kalender tersebut selama satu tahun.
Bila menengok kembali sejarah pembuatan kalender Masehi, kita akan memahami mengapa Februari hanya terdiri dari 28 hari. Termasuk bagaimana perhitungan untuk pembagian tahun kabisat yang membuat Februari menjadi 29 hari.
Simak sejarah dibalik adanya 29 Februari pada kalender Masehi dalam artikel berikut:

Dibuat Pada Zaman Kepemimpinan Julius Caesar

Pada awalnya, Bangsa Romawi memakai kalender Romulus sebagai penunjuk tanggal dan waktu dalam satu tahun. Namun selang beberapa puluh tahun, kalender Romulus dirasa memiliki banyak kesalahan dalam perhitungan tanggal dan penunjukkan musim tertentu. Hal ini membuat kegaduhan dan banyak kesalahan dalam menentukan beberapa hari perayaan Bangsa Romawi.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya pada tahun 1500 Masehi, seorang astronom bernama Sosigenes Alexandria ditunjuk oleh Raja Julius Caesar untuk memperbaiki sistem penanggalan dalam kalender. Perombakan kalender yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil perhitungan satu tahun yang terbagi dalam 10 bulan.
Patung Julius Caesar di Paris. Sumber: Pixabay.
Revisi ini diberi nama Kalender Julius sampai sekarang dikenal dengan nama Kalender Masehi dengan jumlah 304 hari dan masih ada sisa 61 hari. Serta penetapan awal perhitungan kalender ini Julius dimulai dari tahun kelahiran Isa Al-Masih.
Penamaan dan pembagian hari dalam tiap bulannya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

Raja Julius Caesar Melakukan Kesalahan

Januari dan Februari pada masa itu belum ada dan perayaan tahun baru jatuh pada bulan Maret (Maius) setiap tanggal 21. Sedangkan pada rentang waktu antara Desember dan Maret itu merupakan bulan yang paling tidak disukai orang Romawi Kuno.
Karena waktu tersebut sedang berlangsungnya musim dingin, yang tentunya jika dihitung tidak memiliki nama bulan pada masa itu. Masih pada masa Kekaisaran Julius Caesar, perubahan jumlah bulan terjadi dengan ditambahkannya Ianuarius dan Februarius.
Kalender Julius mengadopsi langsung sistem peredaran matahari pada kalender Mesir. Itu merupakan suatu perubahan setelah Julius Caesar berkunjung ke Mesir dalam hubungan spesialnya dengan Ratu Cleopatra.
Maka pada masa 1 tahun menjadi 365 hari dan setiap 4 tahun sekali berumur 366 hari atau disebut tahun kabisat. Akan tetapi di bulan Februarius atau Februari dibuat 29 hari dengan penambahan tahun kabisat menjadi 30 hari. Bulan Sextilis atau Agustus pada saat itu berjumlah 30 hari.
ADVERTISEMENT

Kaisar Agustus Mengubah Beberapa Aturan

Setelah Kaisar Julius Caesar digantikan Kaisar Augustus, nama bulan Sextilis pada Kalender Julius diganti menjadi Augustus (Agustus) untuk mengabadikan namanya.
Kaisar Augustus juga mengubah jumlah hari pada bulan Agustus dari 30 hari, dengan menambahkan 1 hari ke bulan tersebut yang diambil dari bulan Februarius atau Februari. Maka bulan Agustus menjadi 31 hari dan Februari menjadi 28 hari dengan 4 tahun sekali (kabisat) menjadi 29 hari.
Patung Kaisar August. Sumber: Kumparan.
Hal ini menjadi awal pengurangan dalam jumlah hari di bulan Februari yang berimbas sampai kalender Masehi modern saat ini.
Permasalahan lain hadir dalam Kalender Julius dimana 1 (satu) tahun berlangsung selama 365 hari 6 jam. Sedangkan revolusi Bumi hanya berlangsung selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik, maka setiap 1 milenium pada Kalender ini kelebihan 7 sampai 8 hari (11 menit 14 detik per tahun).
ADVERTISEMENT
Permasalahan dipecahkan dengan menambah hari pada setiap tahun kabisat yang bisa dibagi dengan angka 4. Penambahan jumlah 1 hari diletakkan pada Februari menjadi 29 hari untuk menyeimbangkan dan menyamakan rata-rata jumlah hari tiap bulannya.

Perubahan dan Kesepakatan Tahun Baru Semua Negara

Hal ini terjadi saat pimpinan tertinggi Katolik Roma dipimpin oleh Paus Gregorius XIII (1582) melakukan koreksi dan mengeluarkan sebuah keputusan. Yaitu menetapkan Tahun Baru jatuh pada 1 Ianuarius (Januari) dan bukan lagi pada 21 Maius (Maret).
Pada awal pemerataan Kalender Masehi, tidak semua negara mau menerapkan hal ini. Hingga akhirnya pada 1 Januari 1622, tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai permulaan tahun sampai saat ini.
(FZN)