Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Tapak Kaki Nabi Ibrahim dalam Maqam Ibrahim
11 November 2022 11:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maqam Nabi Ibrahim merupakan salah satu tempat yang tak boleh dilewatkan untuk dikunjungi saat beribadah ke Tanah Suci. Kata maqam atau makam memiliki arti tempat penguburan seseorang. Namun, maqam Ibrahim memiliki makna yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Maqam Ibrahim merupakan sebuah batu bekas pijakan kaki Nabi Ibrahim yang dipercaya merupakan sebuah mukjizat dari Allah SWT. Seperti yang tertulis dalam surah Ali-Imran ayat 96-97, sebagai berikut:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبارَكاً وَهُدىً لِلْعالَمِينَ (96) فِيهِ آياتٌ بَيِّناتٌ مَقامُ إِبْراهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كانَ آمِناً وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعالَمِينَ (97)
Artinya: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang berada di Bakkah (Mekah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia (96). Di dalam rumah itu terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqâm Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu), maka ia akan menjadi aman; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (97)."
ADVERTISEMENT
Sejarah Tapak Kaki Nabi Ibrahim
Dikutip dari buku Kisah Kota-kota Dalam Al Quran oleh Rani Yulianty, maqam Nabi Ibrahim merupakan sebuah batu yang terdapat cetakan telapak kaki Nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah bersama anaknya, Ismail.
Kota Mekah memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari zaman Nabi Ibrahim yang berhijrah dan tinggal di daerah Mekkah bersama dengan istrinya, Hajar dan putranya, Ismail. Kala itu, Mekkah masih berupa padang pasir yang tandus.
Saat Ismail beranjak dewasa, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah SWT dan meminta bantuan anaknya. Dengan senang hati Nabi Ismail menyanggupinya.
Nabi Ibrahim pun menunjuk ke arah tumpukan tanah yang lebih tinggi sembari berkata, “Allah SWT memerintahkanku membangun rumah di sini."
ADVERTISEMENT
Kemudian, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membuat fondasi dan meninggikannya. Nabi Ismail mulai mengangkut batu dan Nabi Ibrahim yang memasangnya.
Bangunan pun semakin tinggi, kemudian Nabi Ismail membawakan batu untuk menjadi pijakan Nabi Ibrahim, yang kemudian disebut maqam Ibrahim (tempat berpijaknya Nabi Ibrahim).
Setiap kali dinding Ka’bah semakin tinggi, jejak telapak kaki Nabi Ibrahim kian jelas terlihat. Kemudian, berdirilah Ka'bah yang sampai sekarang menjadi baitullah atau rumah Allah.
Sejarawan Thahir al-Kurdi menyimpulkan bahwa jejak telapak kaki di Maqam tersebut masing-masing memiliki kedalaman 10 cm dan 9 cm, dengan panjang 22 cm dan lebar 11 cm.
Mengutip buku Perempuan Berhaji: Tata Cara, Keistimewaan, dan Pengalaman karya Afin Murtie, dikatakan bahwa batu pijakan tersebut berasal dari surga dan dahulu batu ini bercahaya. Allah SWT kemudian melenyapkan cahaya tersebut. Sebab, jika tidak, cahaya tersebut bisa menerangi segala penjuru dari timur hingga barat.
ADVERTISEMENT
Maqam Ibrahim masih dapat dijumpai sampai saat ini. Batunya ditutup atau dilindungi dengan pengaman dari rangka logam untuk menghindari kerusakan. Maqam Ibrahim tersebut dapat dengan mudah ditemukan karena posisinya akan dilewati saat melakukan tawaf ketika melaksanakan ibadah Haji atau Umroh.
Keutamaan Maqam Ibrahim
Maqam Ibrahim mempunyai beberapa keutamaan, yaitu sebagai tempat shalat sunnah setelah jamaah menunaikan tawaf tujuh putaran dan sebelum menuju bukit Safa dan Marwah.
Selain menjadi tempat shalat sunnah, maqam Ibrahim juga merupakan tempat yang mustajab untuk memanjatkan doa. Jemaah diminta untuk memanjatkan doa khusus usai shalat sunnah sebelum ditutup dengan doa sesuai keinginan masing-masing.
Pada saat musim Haji, banyak sekali jemaah yang terlihat khusyuk dalam melaksanakan shalat dan berdoa di setiap waktu di belakang maqam Ibrahim. Tidak jarang, saat menunaikan shalat sunnah dan berdoa jemaah menitikkan air mata karena mengagumi kebesaran Allah SWT.
ADVERTISEMENT
(ANS)