Konten dari Pengguna

Sering Marah? Ini Dampak Negatifnya Bagi Kesehatan

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
24 Maret 2020 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
lustrasi marah. Getty Images/iStockphoto
zoom-in-whitePerbesar
lustrasi marah. Getty Images/iStockphoto
ADVERTISEMENT
Menghadapi pandemi virus Corona, penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Pasalnya, virus termasuk Corona lebih rentan menyerang orang-orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, ternyata kebiasaan seperti sering marah juga berdampak buruk pada kesehatan. Supaya lebih mawas diri, berikut adalah risiko kesehatan yang menghantui orang-orang yang tempramental.

Risiko Penyakit Jantung

Ilustrasi sakit jantung. Foto: Shutterstock
Efek sering marah berpengaruh pada kesehatan jantung. Dalam dua jam setelah ledakan amarah, peluang terkena serangan jantung berlipat ganda. Ini menurut pengajar psikiatri klinis di Wake Forest University School of Medicine dalam Everyday Health, Chris Aiken.
Suatu penelitian menemukan bahwa orang dengan kecenderungan marah akibat kepribadian memiliki risiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung.

Melemahkan Sistem Imun

Ilustrasi orang dengan sistem imun lemah. Foto: Unsplash
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan Universitas Harvard menemukan bahwa marah dapat menyebabkan penurunan tingkat antibodi immunoglobulin selama enam jam. Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa orang sehat yang mengingat pengalaman masa lalu yang membuatnya marah.
ADVERTISEMENT
Padahal immunoglobulin merupakan pertahanan pertama sel terhadap infeksi. Daya tahan tubuh yang melemah menjadikan orang rentan terhadap penyakit.

Risiko Masalah Paru-paru

Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
Meskipun bukan perokok, Anda dapat membahayakan paru-paru jika sering marah. Sekelompok ilmuwan Universitas Harvard mempelajari 670 pria selama delapan tahun. Mereka menggunakan metode penilaian skala ‘sikap bermusuhan’ untuk mengukur tingkat kemarahan dan menilai setiap perubahan fungsi paru-paru.
Para pria dengan peringkat ‘sikap bermusuhan’ tertinggi memiliki kemampuan paru-paru yang lebih buruk. Ini meningkatkan risiko masalah pernapasan. Para peneliti berargumen bahwa peningkatan hormon stres yang diproduksi ketika marah dapat menciptakan peradangan pada saluran udara.
(ERA)