Konten dari Pengguna

Sholawat Burdah: Sejarah Kemunculannya dan Keutamaan Jika Mengamalkannya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
18 Juni 2021 11:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sholawat burdah yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad. Sumber: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sholawat burdah yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad. Sumber: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Sholawat burdah merupakan syair, kasidah, atau puisi dalam bahasa Arab yang berisi pujian dan doa yang dipanjatkan untuk Nabi Muhammad SAW. Sholawat ini terdiri dari 160 bait dan dibagi menjadi 10 pasal. Empat bait pertama dan satu tambahan syair lainnya sering diamalkan dan disyairkan oleh para pecinta sholawat.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Rahasia Sehat Berkah Shalawat oleh M. Syukron Maksum, sholawat ini ditulis oleh Imam Muhammad bin Sa‘id Al Busyiri, seorang penyair dari Mesir, pada tahun 658 - 666 H/1260-1268 M. Ia menulis syair tersebut atas perintah Rasulullah yang datang ke mimpinya saat ia tengah menderita penyakit faalij (setengah lumpuh).
Sebelumnya, ia sudah mendatangi semua dokter di Mesir, tetapi penyakitnya tak kunjung sembuh. Suatu malam, ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad dan mendapat perintah untuk menyusun syair yang berisi pujian kepadanya. Ia pun menyusun 160 bait sholawat dengan 10 pasal.
Usai menyusun syair tersebut, ia kembali bermimpi bertemu Rasulullah. Dalam mimpi kedua itu, Nabi Muhammad menyelimutinya dengan Burdah (mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari sakit lumpuh yang dideritanya. Sholawat tersebut pun diberi nama Burdah yang berarti mantel dan juga dikenal sebagai Bur'ah yang berarti shifa (kesembuhan).
ADVERTISEMENT

Keutamaan Sholawat Burdah

Selain menyembuhkan penyakit, keutamaan lainnya adalah membaca sholawat Burdah satu kali lebih utama daripada membaca amalan Dalail Khairat 70 kali. Hal ini diceritakan Habib Husein bin Mohammad al Habsyi, seorang ulama yang biasa memimpin majelis untuk mengamalkan Dalail Khairat di Mekkah.
Beliau pernah bermimpi bertemu Nabi Muhammad yang memerintahkannya untuk membaca sholawat Burdah di majelis tersebut. Dalam mimpi itu, Rasulullah berkata bahwa membaca Burdah sekali lebih afdol dibandingkan membaca Dalail Khairat 70 kali.
Kisah tentang keutamaan Sholawat Burdah lainnya adalah ketika Hadramaut mengalami musim paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di jalan. Habib Abdurrahman al Masyhur pun memerintahkan setiap rumah untuk membaca sholawat Burdah. Hasilnya, rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
ADVERTISEMENT

Cara Mengamalkan Sholawat Burdah

Untuk amalan sehari-hari, sebelum membaca burdah terlebih dahulu dianjurkan untuk melafalkan Al Fatihah yang ditujukan untuk Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabatnya. Setelah itu bisa ditujukan kepada para guru, orangtua, dan kepada pengarangnya yaitu Imam Busyiri.
Sholawat Burdah sebaiknya dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir. Namun, karena bait sholawat Burdah sangat panjang, umat Muslim boleh hanya memilih beberapa bait untuk dibaca. Pengamal syair ini biasanya memilih syair yang faedahnya sesuai dengan hajatnya.
Ilustrasi sholawat burdah yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad. Sumber: Pixabay.com

Bacaan Sholawat Burdah yang Sering Diamalkan

Dari 160 bait, empat bait pertama adalah bait yang sering dipilih dan diamalkan oleh para pengamal sholawat Burdah. Dikutip dari buku Burdah Syeikh Imam Busyiri yang disusun oleh Bang Roy Han, berikut adalah empat bait pertama sholawat Burdah.
ADVERTISEMENT
مَوْلَايَ صَلِّي وَسَلِّـمْ دَآئِــماً أَبَـدًا ۞ عَلـــَى حَبِيْبِـكَ خَيْــرِ الْخَلْقِ كُلِّهِمِ
Maulaya sholli ' wasallim daaiman abadan 'alal habibika Khoirul kholqi kullihimi
هُوَالْحَبِيْبُ الَّذِيْ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ ۞ لِكُلّ هَوْلٍ مِنَ الْأِهْوَالِ مُقْتَحِـــــــمِ
Huwalhabiibulladzi turjasyafaatuhu likulli hauli minal ahwali muqtahami.
أَمِنْ تَذَكُّرِ جِرَانٍ بِذِى سَلَمِ ۞ مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَاى مُقْلَةٍ بِدَمِ
Amin tadzakkuri jirooni bidzi salami, mazajta dam’an jaroo muqlatin bidami
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَاءِ كَا ظِمَةٍ ۞ وَأَوْمَضَ الْبَرْقُ فِى الظَّلْمَاءِ مِنْ إِضَمِ
Am habbatirriihu mintilqooi kaadhzimatin, wa auwmadhzol barqu fidz dhzomaai idhzomi
Selain keempat bait tersebut, terdapat satu bait lainnya yang sering diamalkan dan dibaca setelah bait pertama di atas. Berikut adalah bait tersebut.
يَا رَبِّ بِالْمُصْطَفَى بَلِّغْ مَقَاصِدَنَا ۞ وَغْفِرْلَنَامَامَضَى يَاوَاسِعَ الْكَرَمِ
ADVERTISEMENT
Maulaa ya shollli wasallim daaiman abada, ‘alaa habiibika khoiril kholqi kullihimi
(ULY)