Konten dari Pengguna

Siapa Ruwaibidhah, Golongan yang Merajalela di Akhir Zaman?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
23 Maret 2021 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berbicara di depan publik. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbicara di depan publik. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT sebagai pembawa kabar gembira sekaligus peringatan bagi umat manusia. Dan salah satu peringatan tersebut adalah merajalelanya ruwaibidhah sebagai salah satu tanda akhir zaman.
ADVERTISEMENT
Di masa tersebut umat manusia dibutakan oleh tipu daya hingga orang-orang yang benar dan berakhlak mulia terpinggirkan. Mengutip buku Fitnah Para Sahabat karya Abu Ahmad Muhammad Bin Hassan (2016: 77), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah bersabda:
“Akan datang kepada manusia masa bertahun-tahun yang penuh tipuan. Pada waktu itu si pendusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan pendusta. Pengkhianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat. Dan yang berkesempatan berbicara hanyalah golongan Ruwaibidhah".
Siapa yang dimaksud Rasulullah sebagai golongan ruwaibidhah?

Makna Ruwaibidhah dalam Hadits Rasululllah

Ilustrasi berbicara di depan publik. Foto: Unsplash
Istilah ruwaibidhah dalam hadits diterjemahkan secara beragam. Mengutip Abu Ahmad Muhammad Bin Hassan (2016), Rasulullah menjelaskan bahwa ruwaibidhah adalah orang yang kerdil jiwanya, hina, dan tidak mengerti bagaimana mengurus banyak orang.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dalam buku Tamasya ke Negeri Akhirat tulisan Syaikh Mahmud Al-Mishri (2014: 351), ruwaibidhah merupakan laki-laki yang rusak dan ikut berbicara tentang masyarakat umum. Senada dengan ini, dalam The Harmony of Humanity karya Raghib As-Sirjani, ruwaibidhah didefinisikan sebagai orang pandir yang berbicara perihal urusan orang banyak.
Dengan demikian ruwaibidhah dapat dipahami sebagai orang bodoh yang tidak memiliki ilmu memadai, namun ikut campur dalam urusan masyarakat luas.
Ilustrasi mimbar masjid. Foto: Shutterstock
Mengutip Sekali Lagi Menyikapi Fenomena Ruwaibidhah tulisan Muhsin Hariyanto, orang-orang tersebut mencitrakan diri sebagai seorang pakar dan berdusta tentang kebenaran yang disampaikannya. Karena kehebatannya dalam beretorika dan membangun citra, ia tampil sebagai maestro pada bidangnya.
Apa yang mereka katakan dianggap benar oleh para pengikutnya sehingga memiliki dampak yang luas. Padahal Allah secara jelas memperingatkan agar umat-Nya tidak mengikuti orang-orang yang tidak berilmu.
ADVERTISEMENT
"Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya" (QS al-Israa’: 36).
Terkadang kemunduran suatu kelompok masyarakat disebabkan karena mereka menaruh kepercayaan pada orang yang sebenarnya tidak memiliki kualitas ilmu dan akhlak yang baik. Misalnya mengagung-agungkan seseorang yang memusuhi Islam dan kaum muslimin dan tidak mau lagi mengikuti nasehat para ulama.
Oleh sebab itu dalam memilih pemimpin, hendaknya umat Muslim mempertimbangkan kualifikasi yang dimiliki orang yang bersangkutan, baik dari segi ilmu, amanah, dan kejujurannya.
(ERA)