Konten dari Pengguna

Syirkah Wujuh: Pengertian, Jenis-jenis, dan Rukun Kerja Samanya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
29 September 2022 13:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi syirkah wujuh. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi syirkah wujuh. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Syirkah adalah satu jenis akad jual beli dan kerja sama dalam Islam. Menurut syariat, penjelasan dan ketentuan syirkah dibahas lengkap dalam bab muamalah.
ADVERTISEMENT
Hukum syirkah adalah mubah. Artinya, syirkah dibolehkan atau diizinkan secara hukum syara'. Dasarnya adalah hadits riwayat Abu Daud berikut:
"Di antara dua orang yang berserikat ada allah subhanahu wa ta’ala sebagai pihak ketiga, selama salah satunya tidak mengkhianati pihak lainnya."
Secara bahasa, syirkah artinya percampuran, perkongsian, perserikatan, persekutuan, dan perseroan atau kerja sama. Sedangkan menurut istilah, syirkah adalah akad antara dua belah pihak atau lebih yang sepakat melakukan kerja sama untuk meraih keuntungan.
Syirkah digolongkan menjadi lima jenis, salah satunya adalah syirkah wujuh. Untuk memahaminya lebih jauh, simak pengertian syirkah wujuh, contoh, serta ketentuan kerja samanya berikut ini.

Syirkah Wujuh

Ilustrasi syirkah wujuh. Foto: Unsplash
Syirkah wujuh disebut juga dengan syirkah 'ala adz-dzimam. Jenis syirkah ini didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Bank Syariah dari Teori ke Praktik tulisan Muhammad Syafi'i Antonio, syirkah wujuh dapat didefinisikan sebagai bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi baik dan ahli dalam bisnis.
Pelaku syirkah wujuh mungkin tidak mempunyai modal usaha yang mencukupi. Namun, kredibilitasnya yang telah diakui banyak orang membuat mereka dipercaya oleh pihak ketiga untuk membeli barang dagangan secara kredit.
Dalam syirkah wujuh, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung masing-masing pihak sesuai dengan presentase barang dagangan yang dimiliki.
Sebagai contoh, A dan B merupakan tokoh yang kredibel dalam bidang bisnis dan punya niat mendirikan usaha, tetapi tidak memiliki modal. Maka, mereka memutuskan bersyirkah dengan pihak ketiga (sebut saja C) untuk menjalankan suatu bisnis.
ADVERTISEMENT
A dan B sepakat membagi keuntungan penjualan sesuai dengan jam kerja masing-masing. Sedangkan harga pokok nantinya akan dikembalikan lagi kepada C.
Ilustrasi kesepakatan bisnis. Foto: Unsplash
Dijelaskan dalam buku Fikih Empat Madzhab Jilid 4 oleh Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, syirkah wujuh dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu mufawadhah dan inan.
Syirkah wujuh secara mufawadhah menentukan kedua orang yang bersyirkah layak untuk melakukan kafalah (saling menanggung). Pembelian barang dilakukan bersama dengan jumlah yang sama, sementara pembayarannya ditanggung masing-masing pihak. Keuntungannya pun dibagi sama rata.
Dalam syirkah wujuh, masing-masing pihak yang bersyirkah harus menyebutkan lafadz mufawadhah secara jelas atau tersirat. Dengan begitu, terwujudlah wikalah dari masing masing mitra untuk memperoleh profit dan terwujud pula kafalah ketika mengalami kerugian.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, syirkah wujuh secara inan adalah syirkah yang melewati batas-batas mufawadhah. Misalnya, mitra pengusaha dalam syirkah tidak layak melakukan kafalah atau tiap-tiap mitra melakukan transaksi dengan jumlah yang berbeda.
Syirkah wujuh dilaksanakan dengan rukun sebagai berikut:
(ADS)