Konten dari Pengguna

Takdir Mubram dan Takdir Muallaq: Pengertian dan Contohnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
16 Juni 2021 15:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pria muslim sedang berdoa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pria muslim sedang berdoa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Manusia tidak dapat menghindari takdir mubram yang ditetapkan untuknya, karena Allah telah menggariskannya dalam Lauhul Mahfudz. Takdir mubram adalah ketentuan Allah yang pasti terjadi dan tidak dapat berubah.
ADVERTISEMENT
Semua itu hanya Allah yang mengetahuinya. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Hadid ayat 22 yang artinya: “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.”
Apa yang dimaksud dengan takdir mubram? Dan bagaimana sebaiknya umat Islam menyikapinya?

Pengertian Takdir Mubram dan Takdir Muallaq

Pemakaman Pondok Ranggon di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Mengutip jurnal Konsep Takdir dalam Al-Qur’an oleh Arnesih (2016), secara bahasa takdir berasal dari kata qadara yang artinya memberi kadar, mengukur atau ukuran. Allah telah menetapkan kadar, ukuran, dan batas tertentu pada diri, sifat dan kemampuan makhluk-Nya.
Nah, tidak hanya takdir mubram, dalam Islam juga dikenal istilah takdir muallaq. Berikut ini adalah penjelasan mengenai perbedaannya:
ADVERTISEMENT
a. Takdir Mubram
com-Ilustrasi menjalankan ibadah Sholat Foto: Shutterstock
Mengutip buku Panduan Muslim Sehari-hari dari Lahir Sampai Mati oleh Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi (2016), takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada diri manusia tanpa bisa ditawar-tawar lagi. Ini merupakan ketentuan mutlak Allah SWT pada hamba-Nya.
Sebagaimana Firman Allah dalam surat Yunus ayat 49 yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan manfaat kepada diriku, kecuali apa yang Allah kehendaki." Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
Melansir Kemenag, ayat ini berisi penegasan bahwa setiap manusia akan menemui ajal yang telah ditentukan waktunya. Ajal itu akan tiba pada saatnya dan hanya Allah-lah yang mengetahuinya. Maka, apabila ajal telah tiba, manusia tidak mampu menundanya dan tidak pula bisa memajukan waktunya.
ADVERTISEMENT
Gunung berapi di Selandia Baru meletus. Foto: AFP/TORSTEN BLACKWOOD
Selain kematian, contoh takdir mubram antara lain jenis kelamin ketika manusia dilahirkan, dari ibu mana ia akan dilahirkan, serta di mana dan kapan ia akan meninggal dunia. Bencana juga termasuk takdir mubram, seperti gunung meletus, gempa bumi, dan lain sebagainya.
Bagaimana umat Islam harus menyikapnya? Jika takdir tersebut berupa nikmat, tentu saja kita wajib bersyukur. Dan apabila takdir tersebut berupa musibah seperti bencana atau meninggalnya orang terkasih, umat Islam perlu bersabar.
b. Takdir Muallaq
Ilustrasi anak belajar. Foto: Shuutterstock
Takdir muallaq adalah ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan peran manusia melalui usaha atau ikhtiarnya. Namun, hasil ikhtiar nanti tidak ditentukan olehnya sendiri, melainkan oleh Allah SWT.
Manusia hanya bisa berusaha, dan hasilnya adalah berdasarkan kehendak (iradah) dan kekuasaan (qudrah) Allah. Jika harapan manusia dalam berikhtiar tersebut sesuai dengan kehendak dan keinginan Allah, maka hasilnya akan memuaskan.
ADVERTISEMENT
Namun jika ikhtiar tersebut tidak sesuai dengan keinginan Allah, hasilnya mungkin tidak seperti yang diinginkan manusia. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 286 yang artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya.”
Contoh takdir muallaq:
Ilustrasi perempuan bekerja di industri teknologi. Foto: dok. Unsplash
Perlu diingat, meskipun hasil akhir tetap ditentukan Allah, setiap Muslim hendaknya yakin bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Ia tidak menyia-nyiakan setiap ikhtiar dan jerih payah para hamba-Nya, sebagaimana tercantum dalam Surat An Nisa ayat 40:
ADVERTISEMENT
"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar."
(ERA)