Takhrij Hadits: Pengertian, Tujuan, Pembagian Metode, dan Sejarah Singkatnya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2021 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi Takhrij Hadits. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi Takhrij Hadits. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Penelitian tentang sebuah hadits disebut dengan takhrij hadits. Takhrij berasal dari kata kharajja yang artinya mengeluarkan hadits dari persembunyiannya, baik dari ilmu seorang ulama maupun dari tulisan yang berserakan dalam berabagai bentuk kitab hadits.
ADVERTISEMENT
Diterangkan dalam buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, takhrij hadits ini bertujuan untuk menyelesaikan persoalan hadits yang belum diketahui letak persembunyian, kuantitas periwayat, jalur sanad, dan kitab yang memuatnya.
Oleh sebab itu, jika dilihat dari tujuannya, takhrij hadits dipandang sebagai suatu pekerjaan yang sangat penting. Tanpa adanya takhrij, akan sulit diketahui asal-usul dan riwayat dari sebuah hadits.

Pembagian Metode Takhrij Hadits

Alquran. Foto: Pixabay
Masih dari buku Memahami Ilmu Hadits, takhrij hadits terbagi menjadi beberapa metode. Petama, takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadist. Cara melakukannya harus dengan mengetahui seluruh atau minimal awal dari matan (isi) hadist tersebut.
Beberapa ulama yang menuliskan kitab takhrij dengan model ini, yaitu Jam'u al-Jawami' karya Imam Suyuti dan Kanz al-Haqaid fi Hadis Khair al-Khalaiq karya Abdur Rauf bin Tajuddin Ali.
ADVERTISEMENT
Metode kedua menggunakan perawi paling atas, yaitu menelusuri hadist dengan mengetahui perawi paling atas dari hadist tersebut. Kitab-kitab yang menggunakan metode ini adalah Musnad Imam Ahmad karya Imam Ahmad, Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud Ibrahim bin Muhammad, Atrar Kutub as-Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.
Metode ketiga, yaitu berdasarkan tema. Penelusuran dilakukan berdasar tema bahasan hadist apakah hukum, fikih, tafsir, atau yang lain. Contoh kitab yang memakai metode ini adalah Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al karya al-Burhanpuri dan al Mughni Haml al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar karya al-Iraqi.
Metode keempat dengan berdasarkan sifat lahir hadist. Cara penelusuran ini dilakukan pada hadist mutawatir, qudsi, mursal, dan maudu. Kitab yang memuat hadist mutawatir yaitu al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Imam Suyuti. Sedangkan kitab yang memuat hadis qudsi yaitu al-Ittihafat as-Sunniah fi al-Ahadis al-Qudsiah karya al-Madani.
ADVERTISEMENT

Sejarah Singkat Takhrij Hadits

Illustrasi Takhrij Hadits. Foto: Pixabay
Meringkas buku Takhrij Hadist : Jalan Manual & Digital oleh Dr. Shabri Shaleh Anwar dkk, pada mulanya pencarian hadits tidak didukung oleh metode tertentu karena memang tidak dibutuhkan. Para ahli hadits mempunyai kemampuan menghafal (dhabit) dan itu yang menjadi alat sekaligus metode dalam pencarian hadits bagi mereka.
Takhrij hadits telah mengalami perkembangan seiring dengan perhatian ulama terhadap pemeliharaan hadits. Pekerjaan ini pada awalnya berupa pencarian dengan mengeluarkan hadits dari ulama syarat sebagai periwayat hadits.
Takhrij hadits yang dilakukan pada tahap pertama tersebut menggunakan cara sensus, yaitu menelusuri satu persatu ulama pemiliki hadits dari berbagai tempat. Metode ini ditempuh oleh Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, dan Imam al-Sittah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan takhrij hadits yang sedang dikembangkan di masa sekarang identik dengan penelitian kepustakaan, yaitu mencari hadits dari berbagai kitab hadits. Setelah itu, dilanjutkan dengan meneliti kualitas keasliannya berdasarkan isi hadits di dalam kitab tersebut.
Kegiatan takhrij hadits seperti itu semakin diminati oleh para pengkaji hadist, dengan beberapa alasan sebagai berikut:
(NDA)