Konten dari Pengguna

Tari Legong Bali dan Kisah yang Ada di Baliknya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Juni 2021 16:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penari dalam tari legong. Sumber: Flickr.com - Mi chele
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penari dalam tari legong. Sumber: Flickr.com - Mi chele
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia memiliki beragam produk budaya, salah satunya adalah tari tradisional. Di Bali, terdapat tari tradisional yang terkenal dengan nama Tari Legong. Tari ini kerap ditujukan kepada para wisatawan di bawah sinar bulan purnama dan bertempat di halaman keraton
ADVERTISEMENT
Menurut Buku Jalan-jalan Bali oleh Maria Ekaristi dan Agung Bawantara, Tari Legong adalah sebuah seni tari klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak sangat kompleks. Gerakan-gerakan tersebut terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari tari gambuh.
Dalam Buku Bali dan Sekitarnya oleh Dayat Suryana, struktur tari legong tersebut pada umumnya terdiri dari papeson, pengawak, pengecet, dan pakaad.
Kata legong berasal dari kata leg yang berarti gerak luwes dan gong yang bearti alat pengiringnya. Dalam Tari Legong, terdapat tiga tiga penari wanita. Dua penari yang membawa kipas disebut Legong dan satu penari lainnya yang tidak membawa kipas disebut condong.
Terdapat 18 tari legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti Gianyar (Saba, Bedulu, Pejeng, Peliatan), Badung (Binoh dan Kuta), Denpasar (Kelandis), dan Tabanan (Tista).
Ilustrasi penampilan tari legong. Sumber: Flickr.com - Siswanto

Tari Legong dan Kisah di baliknya

Mengutip Buku Yuk, Mengenal Tari Daerah 34 Provinsi di Indonesia oleh Tim Redaksi IndonesiaTera, terdapat kisah dari Tari Legong tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa cerita Bali yang menyebutkan asal tari Legong, di antaranya kisah yang menyebutkan bahwa ide penciptaan tari legong berasal dari mimpi I dewa Agung Made Karna, Raja Sukawati.
Pada waktu bertapa di Pura Jogam Agung Ketewel, dekat Desa Sukawati, ia bermimpi melihat dua bidadari yang sedang menari lemah gemulai. Keduanya mengenakan busana indah dengan hiasan kemasan.
Ia memerintahkan Bendesa Ketewel untuk menciptakan tari impiannya. Tari itu dinamakan tari Sang Hyang Legong dengan penari yang meggunakan topeng. Dari tarian ini muncul tari legong yang dikenal sekarang, tetapi tanpa topeng.
Tari Legong memiliki hubungan erat antara keagamaan dan kepercayaan yang berasal dari Keraton Hindu Jawa. Hal ini dapat dilihat dari cerita yang disampaikan dalam penampilan Tari Legong tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip Buku Bali dan Sekitarnya oleh Dayat Suryana, berikut adalah kronologi penampilan Tari Legong yang biasa ditampilkan di keraton, bernama Tari Legong Lasem Kraton, dan cerita yang ada di dalam penampilan tari tersebut.
Condong tampil pertama kali, lalu disusul oleh dua legong yang menarikan legong lasem. Repertoar dengan tiga penari dikenal sebagai Legong Kraton.
Tari ini mengambil dasar dari cabang cerita Panji (abad ke-12 dan ke-13, masa Kerajaan Kadiri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) Lasem (sekarang masuk Kabupaten Rembang) untuk meminang Rangkesari, putri Kerajaan Daha (Kadiri). Namun, ia berbuat tidak terpuji dengan menculiknya. Sang putri menolak pinangan sang adipati karena ia telah teirkat oleh Raden Panji dari Kahuripan.
Mengetahui adiknya diculik, Raja Kadiri sebagai abang Putri Rangkesari menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, adipati Lasem harus menghadapi serangan burung garuda pembawa maut. Ia berhasil melarikan diri tetapi kemudian tewas dalam pertempuran melawan Raja Daha.
ADVERTISEMENT
(ULY)