Tawazun, Sikap Menyeimbangkan Kehidupan Dunia dan Akhirat

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
23 Maret 2021 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sikap tawazun. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sikap tawazun. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Tawazun adalah sikap menyeimbangkan segala aspek dalam kehidupan, tidak condong kepada salah satu perkara saja. Sikap ini sebaiknya ada dalam diri setiap Muslim dan diperintahkan secara langsung oleh Allah SWT dalam firman-Nya.
ADVERTISEMENT
Makna seimbang yang dimaksud dalam tawazun sangat luas. Melansir laman NU Online, tawazun bisa bermakna keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits).
Selain itu, bisa juga diartikan sebagai keseimbangan hidup dunia dan akhirat, serta keseimbangan antara jasad, akal, dan hati nurani seorang Muslim.
Sikap ini sangat diperlukan untuk menambah keimanan supaya semakin kokoh. Seorang Muslim dapat menjadikan dirinya kuat, tabah, dan tawakkal dengan menyeimbangkan berbagai aspek dalam kehidupannya.

Makna Tawazun Menurut Rasulullah SAW

Mengutip buku Getar Hati: Kumpulan Materi Kuliah Online Pekanan oleh Yanto Sugianto, S.Pd., sikap tawazun berarti memberikan hak tanpa pengurangan dan penambahan. Artinya, seseorang melakukan sesuatu secara proporsional dan seimbang.
ADVERTISEMENT
Kehidupan manusia bisa seimbang, jika segala aspek yang mempengaruhinya juga diseimbangkan. Misalnya, ketika seseorang mencari keberhasilan di dunia, ia harus menyeimbangkannya dengan kesuksesan akhirat.
Iringi kerja keras di dunia dengan ibadah kepada Allah SWT. Niscaya Allah akan menyeimbangkan kehidupannya dan menentramkan hatinya. Sehingga tidak ada lagi kegelisahan serta keraguan baginya.
Ilustrasi sikap tawazun. Foto: pixabay
Mengutip buku Raih Kekayaan Langgeng dengan The Power of Tawakkal oleh Tiana S Wijono, disebutkan bahwa Rasulullah pernah membahas tawazun ketika menasehati Abdullah bin Amr.
Ketika mengetahui sahabatnya itu terus melakukan ibadah puasa, sholat, dan membaca Alquran namun mengabaikan hak dirinya, hak istrinya, hak anaknya, dan hak orang lain yang ada di sekitarnya, beliau berkata kepada Abdullah bin Amr:
ADVERTISEMENT
"Wahai Abdullah bin Amru, telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan shalat sepanjang malam. Janganlah kamu lakukan, sebab jasadmu yang mempunyai hak atas dirimu, kedua matamu yang mempunyai hak atasmu, dan istrimu juga punya hak atasmu. Oleh karena itu, hendaknya kamu puasa dan juga berbuka. Berpuasalah tiga hari pada setiap bulannya, sebab itulah sebenarnya puasa sepanjang masa." Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya kuasa melakukannya." Beliau bersabda, "Kalau begitu, berpuasalah sebagaimana puasa Daud AS, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. " Di kemudian hari 'Abdullah bin Amru pun berkata, "Duhai., Sekiranya kau mengambil rukhshah (keringanan) itu" (Muslim, Kitab: Puasa, Bab Larangan untuk puasa dahr, hadis no. 1973)
ADVERTISEMENT
Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap tawazun diperlukan oleh setiap Muslim. Seorang Muslim hendaknya senantiasa menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya, tidak condong pada salah satu di antaranya.
Jalankan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, membaca Alquran, dzikir, dan lain-lain sebagai bentuk takwa seorang hamba kepada Allah SWT. Namun tidak mengabaikan hak dirinya dan orang di sekitarnya.
(MSD)