Tempat Ibadah Agama Konghucu Lengkap dengan Filosofinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2021 17:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Warga keturunan Tionghoa melakukan ibadah sembahyang menyambut tahun baru Imlek 2572 di kawasan Klenteng Petak Sembilan, Jakarta, Jumat (12/2). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga keturunan Tionghoa melakukan ibadah sembahyang menyambut tahun baru Imlek 2572 di kawasan Klenteng Petak Sembilan, Jakarta, Jumat (12/2). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Klenteng adalah nama tempat ibadah agama konghucu secara umum. Dalam tradisinya, tempat ibadah ini dikenal sebagai bangunan untuk kebaktian bagi Nabi Konghucu. Selain itu, klenteng juga digunakan sebagai tempat sembahyang para leluhur.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Meyakini Menghargai: Religious Literacy Series karya Ibn Ghifari, jika dikhususkan lagi, klenteng bisa dibedakan menjadi beberapa jenis seperti Kong Miao dan Lithang. Keduanya memiliki fungsi utama yang sama yakni tempat ibadah, namun memiliki ciri khas dan karakteristik bangunan yang berbeda.
Dalam bangunan Kong Miao, biasanya terdapat tulisan pada papan peringatan tentang Nabi Khong Zi dan nama-nama muridnya. Sedangkan dalam bangunan Lithang, biasanya terdapat altar yang berisi Kimsin Nabi Khong Zi dan juga lambang genta yang bertuliskan huruf Zong Shu.
Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang tempat ibadah agama Konghucu yang bisa Anda simak.

Tempat Ibadah Agama Konghucu

Terdapat banyak istilah yang digunakan umat Konghucu dalam menyebutkan tempat ibadahnya, salah satunya adalah thai pak kung. Mengutip buku A Potraif of Chinese Diaspora in Cidayu Area oleh Dwi Surya Atmaja, pak dalam dialek hakka berarti kakak laki-laki ayah, kung berarti kakek, dan thai memiliki arti besar.
ADVERTISEMENT
Maka secara umum, thai pak kung dapat diartikan sebagai leluhur yang memiliki kedudukan besar dan sangat dihormati. Hal ini seşuai dengan konsep Konghucu yang mengajarkan penghormatan pada orang tua dan leluhur.
Warga keturunan Tionghoa melakukan ibadah sembahyang menyambut tahun baru Imlek 2572 di kawasan Klenteng Petak Sembilan, Jakarta, Jumat (12/2). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Menurut sejarahnya, kedatangan orang Cina pada zaman dahulu ternyata membawa serta patung Dewa Bumi yang sangat mereka agungkan. Patung ini terbuat dari kayu dan dinamakan Pak Kung sebagai kepercayaan baru umat Konghucu.
Dikisahkan bahwa Pak kung tersebut langsung ditempatkan di sebuah bangunan khusus, tepatnya di permukiman daerah tujuan mereka. Bangunan tersebut kemudian dijadikan tempat sembahyang oleh umat Konghucu. Dan kini, setiap permukiman Cina memiliki satu atau lebih klenteng yang kemudian dikenal dengan nama Thai Pak Kung.
Mengutip buku Toleransi Beragama oleh Dwi Ananta Devi, umat Konghucu juga menyebut tempat ibadahnya dengan nama Miao. Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di Tiongkok.
Warga keturunan Tionghoa melakukan ibadah sembahyang menyambut tahun baru Imlek 2572 di kawasan Klenteng Petak Sembilan, Jakarta, Jumat (12/2). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Pada mulanya, Miao adalah tempat penghormatan pada leluhur Ci atau rumah abu. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, timbul penghormatan bagi para Dewa atau Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk mereka. Ruangan khusus ini dinamakan Miao oleh masyarakat Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Di dalam bangunan Miao masih bisa ditemukan abu leluhur yang dihormati para sanak keluarga, marga, ataupun klan masing-masing orang pada zaman dahulu. Disediakan pula tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan juga Buddha.
Selain menjadi tempat penghormatan para leluhur dan mempelajari berbagai ajaran, Miao juga digunakan sebagai tempat yang damai untuk semua golongan, tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Saat ini Miao bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi merupakan tempat umum yang bisa dipakai bersama.
(MSD)