Konten dari Pengguna

Teori Asam Basa Menurut Arhennius, Brosted-lowry, dan Lewis

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
6 Agustus 2021 9:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam ilmu kimia, ada berbagai senyawa yang punya peran bagi kehidupan manusia, salah satunya asam dan basa. Asam adalah satuan senyawa yang memiliki tingkat keasaman di bawah 7 (<7). Contohnya, asam sitrat pada jeruk, asam asetat pada cuka makanan, dan asam benzoat pada pengawet makanan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, basa adalah senyawa yang memiliki tingkat keasaman di atas 7 (>7). Senyawa ini mempunyai sifat licin, rasanya pahit seperti obat dan sabun, serta ada beberapa jenis basa yang bersifat korosif (penyebab karat) dan kausatik (merusak kulit).
Teori asam basa ini pertama kali diperkenalkan oleh Arhennius, kemudian disusul oleh Bronsted-lowry dan Lewis. Seperti apa teorinya? Agar lebih memahaminya, simak penjelasan berikut ini.

Teori Asam Basa

Seperti disebutkan di awal, teori asam basa dibagi menjadi tiga kelompok. Pembagian ini didasarkan pada pendapat ahli yang mengemukakannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Ilustrasi senyawa kimia. Foto: Unsplash
1. Teori Asam Basa Arhennius
Arhennius berhasil mengemukakan teori asam basa usai mengembangkan teori dissosiasi elektrolit. Dalam teori asam basa, Arhennius menjelaskan bahwa asam adalah senyawa yang mengandung hidrogen dan melepaskan ion hidrogen jika dilarutkan dalam air. Sedangkan basa adalah senyawa yang mengandung gugus hidroksil dan melepaskan ion hidroksil jika dilarutkan dalam air.
ADVERTISEMENT
Gas hidrogen klorida (HCI) jika dilarutkan dalam air akan terionisasi menghasilkan ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CI-), sehingga larutan HCl dalam air bersifat asam. Larutan HCI dalam air kemudian disebut asam klorida.
Mengutip buku Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI, Arhennius berpendapat bahwa reaksi dissosiasi HCL dalam air menghasilkan ion-ion tersebut yang dapat ditulis sebagai berikut:
Foto: buku Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI
Jadi persamaan reaksi ionisasi HCL dalam air adalah:
Foto: buku Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI
Teori asam basa Arrhenius dapat diterapkan untuk menerangkan berbagai fenomena asam basa dalam analisis sifat-sifat larutan. Namun, teori ini memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
ADVERTISEMENT
2. Teori Asam Basa Bronsted-lowry
Teori Asam Basa Bronsted-Lowry dikemukakan oleh Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923. Teori ini dapat menjawab kekurangan yang terdapat pada teori Arhennius.
Teori asam basa Bronsted-Lowry menjadikan transfer proton (H+) untuk menentukan sifat asam atau basa suatu senyawa. Definisi asam menurut Bronsted-Lowry adalah zat yang dapat menyumbangkan proton, sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima proton.
Mengutip buku Kimia Dasar, asam mengandung hidrogen yang dapat berdisosiasi menjadi H+, dan basa harus memiliki satu pasang elektron bebas untuk dapat menerima donor proton.
3. Teori Asam Basa Lewis
Teori asam basa yang ketiga dibawakan oleh Gilbert Newton Lewis pada 1923. Ia mengusulkan teori alternatif untuk menggambarkan asam dan basa. Teorinya menjelaskan tentang asam dan basa berdasarkan struktur dan ikatan.
ADVERTISEMENT
Definisi asam menurut Lewis adalah suatu zat yang mempunyai kecenderungan menerima pasangan elektron dari basa. Contohnya SO3, BF3, dan AlF3.
Sedangkan basa menurut Lewis adalah zat yang dapat memberikan pasangan elektron. Contohnya NH3, Cl–, dan ROH. Lewis menjelaskan lebih lanjut bahwa reaksi asam basa merupakan reaksi serah terima pasangan elektron, sehingga terbentuk suatu ikatan kovalen koordinasi.
(MSD)