Konten dari Pengguna

Tradisi Ulang Tahun dalam Islam, Boleh atau Tidak?

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
27 Agustus 2021 16:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ulang tahun. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ulang tahun. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Hari ulang tahun adalah momen spesial yang ditunggu-tunggu banyak orang. Sebagian orang pernah merayakan ulang tahun, setidaknya di masa kecil. Tradisi merayakan hari kelahiran ini telah melekat di masyarakat dan dianggap hal yang wajar.
ADVERTISEMENT
Umumnya, alasan merayakan ulang tahun adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas umur panjang yang telah diberikan. Selain itu, merayakan ulang tahun juga menjadi momen untuk mempersiapkan diri menghadapi usia yang baru.
Cara merayakan ulang tahun sangat beragam. Mulai dari yang sederhana dengan hanya membeli kue ulang tahun dan meniup lilin, hingga perayaan mewah dengan menyewa tempat, mendekornya, menyajikan banyak hidangan, dan mengundang orang banyak.
Terkait hal itu, Islam memiliki pandangan tersendiri mengenai tradisi perayaan ulang tahun. Lantas, bolehkah merayakan ulang tahun menurut pandangan Islam? Simak penjelasan berikut.

Hukum Merayakan Ulang Tahun

Ilustrasi ulang tahun. Foto: Unsplash
Mengutip buku 40 Kesalahan Persepsi dalam Memahami Al Quran oleh Maharani Hasibuan, tidak ada istilah panjang umur dalam ajaran Islam. Itu karena Allah telah menentukan usia dan ajal setiap makhluk-Nya. Artinya, memasuki usia baru justru pertanda bahwa umur semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
Allah SWT berfirman, "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf: 34)
Kemudian Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-An'am ayat 2 yang artinya: "Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian, kamu masih meragukannya."
Dari penjelasan di atas, persepsi merayakan ulang tahun sebagai bentuk syukur karena diberikan usia panjang bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Ajal atau umur tak bisa dimundurkan atau dimajukan. Maka, sudah sepatutnya umat Islam bersedih bila setiap detik waktu terlewatkan tanpa melakukan amal shaleh.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah merayakan ulang tahun tidak ada dalam ajaran Islam. Senada dengan kesimpulan tersebut, menurut Ust. Syukron Maksum dalam buku Batalkah Jika Melihat Sarung Imam yang Bolong?, hukum merayakan ulang tahun tak ditemukan dalam nash, baik secara langsung melarang, maupun menganjurkannya. Tak ditemukan riwayat soal perayaan yang dilakukan setiap hari kelahiran Rasulullah atau para sahabat.
ADVERTISEMENT
Perayaan ulang tahun sesungguhnya tidak pernah disunnahkan, maka hukumnya pun tidak pernah sampai ke tahap sunnah, apalagi wajib. Kalau pun didasarkan atas tradisi, kemungkinan hukumnya adalah mubah. Namun, bila dirayakan dengan cara-cara maksiat yang dilarang Allah, hukumnya jelas menjadi haram.
Masih senada dengan pendapat tersebut, mengutip buku Tanya Jawab Islam oleh PISS KTB dan TIM Dakwah Pesantren, hukum merayakan ulang tahun bisa dikatakan mubah selama tidak menyebabkan mudharat, seperti pemborosan dengan mengadakan acara berlebihan. Jadi, jika ingin merayakan hari ulang tahun, rayakanlah dengan sederhana dan menjadikan momen tersebut untuk mengevaluasi diri agar menjadi hamba Allah yang lebih baik lagi.
(AFM)