Konten dari Pengguna

Ujub Adalah Sifat yang Tidak Disenangi Allah, Ini Bahayanya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
25 April 2021 13:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ujub. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ujub. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari, kita mungkin pernah bersikap ujub atau berbangga diri. Padahal ujub merupakan salah satu penyakit hati yang tidak disenangi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi”.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Tasawuf dan Pendidikan Karakter oleh Subaidi dan Barowi (2018), al-ujub menurut Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi adalah kesombongan dalam diri, merasa dirinya paling sempurma dalam segi ilmu dan amal. Sedangkan menurut Sufyan Ats-Tsauri, ujub adalah perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga menganggap dirinyalah yang paling utama daripada yang lain.

Bahaya Sifat Ujub

Ilustrasi ujub. Foto: Freepik
Terdapat sejumlah dalil yang menerangkan bahaya sikap berbangga diri. Sebagai upaya untuk menjaga diri dari perilaku tercela, pahami bahaya ujub berikut ini:
1. Ujub Menghilangkan Pahala Sedekah
Dalam buku Ihya Ulumuddin 7 karya Imam Al-Ghazali (2013), ujub dapat mengikis pahala sedekah. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 264 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.”
ADVERTISEMENT
Kata “menyebut-nyebut” dalam ayat di atas merujuk pada sikap membesar-besarkan sedekah yang dilakukan.
2. Ujub, Akhlak Tercela yang Mendatangkan Murka Allah
Mengutip buku Adakah Berhala Pada Diri Kita oleh Majdī Hilālī (2006), dikisahkan Sayyidah Aisyah r.a berkata, "Saya pernah memakai baju baru, kemudian saya melihatnya dan merasa kagum. Ketika itu Abu Bakar berkata kepadaku, 'Apa yang engkau lihat? Allah tidak melihat kepada dirimu!
Saya bertanya, 'Karena apa?' la berkata, 'Apakah engkau tidak tahu jika seorang hamba dirasuki perasaan ujub dengan perhiasan dunia, niscaya ia akan dibenci Allah sampai ia meninggalkan perhiasan itu!”
Aisyah kemudian berkata, "Maka saya membukanya dan menyedekahkannya." Abu Bakar berkata, "Semoga hal itu dapat menjadi kaffarah atas tindakanmu sebelumnya."
ADVERTISEMENT
3. Enggan Mendengar Nasihat Orang Lain
Ilustrasi ujub. Foto: Freepik
Masih mengutip Imam Al-Ghazali (2013: 118), orang yang ujub seringkali tidak dapat membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Ia merasa bangga pada pendapatnya yang sebetulnya salah, dan enggan mendengarkan nasihat orang lain. Bahkan ia menganggap nasihat orang lain dengan pandangan jahil.
4. Tidak Mau Berusaha
Berkaitan dengan masalah sebelumnya, orang yang ujub mudah berpuas diri dengan apa yang telah diraih. Oleh sebab itu ia enggan berusaha dengan maksimal.
Jika seseorang merasa pengetahuannya tentang suatu ilmu terbatas, maka ia seharusnya berusaha mencari jawaban melalui Alquran atau berguru pada ulama. Hal ini dapat mengantarkannya pada kebenaran. Berbeda dengan pelaku ujub yang merasa cukup dengan pengetahuannya. Hal ini akan membinasakannya.
ADVERTISEMENT
(ERA)