Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Urutan Kepemimpinan Daulah Fatimiyah, dari Al-Mahdi hingga Al-Adid
8 Desember 2023 11:32 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Urutan kepemimpinan Daulah Fatimiyah terdiri dari 14 khalifah atau pemimpin. Pemimpin pertama sekaligus pendiri Daulah Fatimiyah adalah Ubaidillah al-Mahdi atau yang memiliki nama asli Sa'id bin Husain.
ADVERTISEMENT
Daulah Fatimiyah adalah salah satu dari dinasti Syiah dalam sejarah Islam. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 Masehi yang menjadi tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang berpusat di Baghdad, yaitu Dinasti Abbasiyah.
Kekuasaan Daulah Fatimiyah berlangsung selama 262 tahun, yaitu dari tahun 909 hingga 1171 M. Wilayah kekuasaannya mencakup Tunisia , Libya, Aljazair, Mesir, hingga Suriah.
Selama perkembangannya, Daulah Fatimiyah telah dipimpin oleh sekitar 14 khalifah, mulai dari Ubaidillah al-Mahdi hingga pemimpin terakhir, Al-Adid.
Untuk mengetahui urutan kepemimpinan Daulah Fatimiyah secara lengkap, berikut ini adalah penjelasannya.
Urutan Kepemimpinan Daulah Fatimiyah
Pemimpin Daulah Fatimiyah lebih umum dikenal sebagai "imam" daripada "khalifah". Kata "imam" ini digunakan dalam Islam Syiah yang berarti pemimpin pengganti dalam komunitas muslim dari keturunan langsung Ali bin Abi Thalib.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pesona Baghdad & Andalusia (Meneropong Masa Kejayaan Islam di Baghdad dan Andalusia) oleh Rizem Aizid, berikut adalah urutan kepemimpinan Daulah Fatimiyah.
1. Ubaidillah al-Mahdi (909-934 M)
Ubaidillah al-Mahdi atau bernama asli Sa'id bin Husain adalah seorang tokoh Syiah Ismailiyah yang mendirikan Daulah Fatimiyah. Dia menjadi pemimpin selama 25 tahun sebelum wafat pada 934 M.
Selama kekuasaannya, Al-Mahdi berhasil menaklukkan beberapa daerah, seperti Suriah, Malta, Sardinia, Korsika, dan lainnya. Dia juga mendirikan kota baru di pantai Tunisia yang diberi nama Kota Al-Mahdi pada 920 M.
2. Abu al-Qasim Muhammad al-Qa'im Biamrullah bin Ubaidilah al-Mahdi (934-946 M)
Perjuangan Al-Mahdi diteruskan oleh anaknya, yaitu Al-Qasim Biamrullah. Kekuasaan wilayah Daulah Fatimiyah semakis luas pada masa kepemimpinannya. Al-Qasim berhasil menaklukkan Genoa dan wilayah sepanjang Calabria.
ADVERTISEMENT
3. Abu Zahir Ismail al-Mansur Billah (946-953 M)
Setelah Al-Qasim wafat, tahta Daulah Fatimiyah diteruskan oleh putranya, Abu Zahir Ismail al-Mansur Billah. Salah satu keberhasilan Al-Mansur adalah menumpas pemberontakan Abu Yazid Makad.
Pemerintahan Al-Mansur terbilang singkat, hanya tujuh tahun. Meski singkat, ia berhasil memantapkan kekuasaan Daulah Fatimiyah di Tunisia dan menguasai beberapa daerah, termasuk Sisilia.
4. Abu Tamim Ma'ad al-Mu'iz Lidinillah (953-975 M)
Setelah Al-Mansur wafat pada tahun 953 M, posisinya digantikan oleh Abu Tamim Ma'ad al-Mu'iz Lidinillah. Pada masa pemimpin yang keempat ini, kejayaan Daulah Fatimiyah dimulai.
Daulah Fatimiyah mengalami beberapa kemajuan yang penting, salah satunya berhasil menaklukkan Mesir. Ini merupakan prestasi besar, karena dua penguasa sebelumnya gagal.
Keberhasilan Al-Mu'iz dalam menaklukkan Mesir merupakan buah dari prestasi seorang jenderalnya yang bernama Jauhar al-Katib as-Siqilli.
ADVERTISEMENT
Sang Jenderal ini mendirikan kota baru untuk tentaranya bernama Al-Qahirah (Kota Kemenangan) yang sekarang disebut dengan Kairo. Pada tahun 973 M, Kairo dijadikan sebagai pusat pemerintahan Daulah Fatimiyah.
5. Abu Mansur Nizar al-'Aziz Billah (975-996 M)
Setelah Al-Mu'iz wafat, kekuasaannya digantikan oleh Abu Mansur Nizar al-'Aziz Billah atau terkenal dengan sebutan Al-Aziz. Masa pemerintahannya disebut-sebut sebagai puncak kejayaan Daulah Fatimiyah.
Saat itu, rakyat Mesir diliputi kedamaian dan nama Al-Aziz sering diagungkan di khutbah-khutbah Jumat. Pasalnya, Al-Aziz berhasil menjadikan Daulah Fatimiyah sebagai dinasti Islam terbesar di kawasan Mediaterania Timur.
6. Abu 'Ali al-Mansur al-Hakim Biamrullah (996-1021 M)
Setelah Al-Aziz meninggal, posisinya digantikan oleh Al-Hakim. Salah satu pencapaian tertinggi pada masa pemerintahannya adalah berdirinya Darul Hikmah (Kampung Kebijaksanaan).
Darul Hikmah memiliki fungsi yang sama dengan lembaga Baitul Hikmah di Baghdad, yaitu sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Daulah Fatimiyah mengalami kemunduran sejak masa pemerintahannya. Al-Hakim merupakan pemimpin yang diktator dan melakukan banyak tindak kekerasan. Tindakan tersebut bahkan membangkitkan amarah umat Kristen, sehingga meletuslah Perang Salib.
7. Abu al-Hasan 'Ali al-Zahir Lidinillah (1021-1036 M)
Setelah Al-Hakim wafat, dia digantikan oleh anaknya, Abu Hasan Ali al-Zahir. Ketika diangkat menjadi pemimpian, Al-Zahir baru berumur 16 tahun.
Pada mulanya, Daulah Fatimiyah didirikan oleh bangsa Arab dan orang Barbar. Namun, ketika masa Al-Zahir situasi berubah, para pemimpin dalam pemerintahan Daulah Fatimiyah lebih mendekati keturunan Turki.
Hal ini menjadi pemicu timbulnya pertikaian antara orang Turki dan suku Barbar di dalam pemerintahan Fatimiyah.
8. Abu Tamim Ma'ad al-Mustansir Billah (1036-1094 M)
Setelah Al-Zahir meninggal, dia digantikan oleh anaknya sendiri yang baru berusia 7 tahun, yaitu Abu Tamim Ma'ad al-Mustanshir.
ADVERTISEMENT
Mulai masa ini, sistem pemerintahan Daulah Fatimiyah berubah menjadi parlementer, artinya imam atau pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol saja, sedangkan pemegang kekuasaan pemerintahan adalah para menteri.
9. Al-Musta'li Billah (1094-1101 M)
Setelah Al-Mustanshir wafat, terjadi perpecahan serius dalam tubuh Ismailiyah. Perpecahan itu terjadi antara dua kelompok yang berada di belakang kedua anak Al-Mustanshir, yaitu Nizar dan Al-Musta'li.
Pendukung Nizar lebih aktif, ekstrem, dan menjadi gerakan pembunuh. Sementara pendukung Al-Musta'li lebih moderat.
Akhirnya, yang terpilih menjadi pemimpin adalah Al-Musta'li karena dia didukung oleh saudaranya, Al-Afdhal. Al-Afdhal juga merupakan anak dari Al-Mustanshir.
10. Al-Amir Biahkamullah (1101-1130 M)
Setelah Al-Musta'li wafat, dia diganti oleh Al-Amir, anaknya yang baru berumur 5 tahun. Al-Amir berkuasa selama kurang lebih 29 tahun. Dia meninggal pada 1130 M karena dibunuh oleh kelompok Bathiniyah.
ADVERTISEMENT
11. 'Abd al-Majid al-Hafiz (1130-1149 M)
Posisi Al-Amir selanjutnya digantikan oleh Al-Hafiz. Saat itu, Daulah Fatimiyah mulai berada di ambang kehancuran. Dia memerintah selama 19 tahun.
12. Al-Zafir (1149-1154 M)
Setelah Al-Hafiz meninggal dunia, dia diganti oleh Al-Zafir. Al-Zafir diangkat menjadi pemimpian dalam usia yang masih sangat muda, sehingga dia merasa tidak mampu menghadapi tentara Salib.
Al-Zafir melalui wazirnya Ibnu Salar, meminta bantuan kepada Nuruddin az-Zanki (gubernur Suriah di bawah Dinasti Abasiyyah).
Nuruddin mengirim pasukannya ke Mesir di bawah panglima Syirkuh dan Salahuddin Yusuf bin al-Ayubi yang kemudian berhasil membendung invasi tentara Salib ke Mesir.
Setelah itu, kekuasaan Al-Zafir direbut oleh wazirnya, Ibnu Sallar. Namun, Ibnu Sallar kemudian dibunuh, dan Al-Zafir juga terbunuh secara misterius.
13. Al-Fa'iz (1154-1160 M)
Setelah Al-Zafir meninggal, naiklah Al-Fa'iz sebagai pemimpin, anak Al-Zafir yang baru berusia 4 tahun. Pemimpin kecil ini meninggal dunia saat berusia 11 tahun.
ADVERTISEMENT
14. Al-'Adid (1160-1171 M)
Al-Fa'iz kemudian digantikan oleh sepupunya, yaitu Al-Adid yang berusia 9 tahun. Pada masa pemerintahannya, Daulah Fatimiyah mengalami keruntuhan.
Penyebab utama kehancuran Daulah Fatimiyah adalah kedatangan pasukan Nuruddin az-Zanki untuk kedua kalinya ke Mesir. Tidak hanya menghancurkan Daulah Fatimiyah, pasukan Nuruddin berhasil menumpas tentara Salib dan menguasai seluruh Mesir.
(SFR)