Kisah Takalah: Menantang Kehidupan dengan Setengah Otak

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2019 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Takalah Tan (Foto: Shorthand Social)
zoom-in-whitePerbesar
Takalah Tan (Foto: Shorthand Social)
ADVERTISEMENT
Sama seperti namanya yang berarti tidak bisa kalah, Takalah Tan, tak pernah menyerah pada hidupnya. Ia bertekad untuk menang melawan cobaan hidup yang menimpanya bertubi-tubi.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1994, Takalah muda memiliki hidup yang diidam-idamkan oleh banyak pemuda di seluruh dunia. Di usianya yang baru 24 tahun, Takalah diterima di sebuah perusahaan multinasional di Singapura, sebuah jenjang karier yang menjanjikan ke depannya. Ia mengalahkan 6.998 dari 7.000 pelamar yang memperebutkan posisi di perusahaan tersebut.
Takalah muda juga merupakan seorang atlet. Berbagai olahraga ia kuasai, mulai dari triatlon, menyelam, bungge jumping, hingga tinju. Ia juga merupakan seorang perwira komandan elite di masa dinasnya.
Gambaran hidup yang diimpi-impikan oleh tak sedikit orang, bukan?
Namun sayang, hidupnya berubah 180 derajat saat kecelakaan menimpanya. Satu minggu sebelum masuk kerja, Takalah mengalami kecelakaan motor. Kondisinya tragis. Ia terlempar sejauh 70 meter dari jalur paling kanan jalan ke jalur kiri jalan.
ADVERTISEMENT
Ia mendapat luka-luka dan cedera serius. Tiga tulang rusuk dan kakinya patah. Separuh otaknya cedera karena kepalanya menghantam jalanan. Akhirnya ia dirawat di ICU. Tak terasa, 14 hari berlalu.
Dua minggu yang terasa amat panjang bagi keluarga Takalah. Mereka harus menyaksikan anaknya menjalani operasi otak. Belum lagi, waktu tiga bulan yang harus dilewati Takalah untuk menjalani operasi rekonstruktif.
Takalah Tan semasa muda (Foto: Twitter @@SP1DERBOI)
Kecelakaan yang terjadi pada 24 Mei 1994 itu, menjadi awal mula mengubah hidupnya. Takalah nyaris kehilangan hidupnya.
"Saya menderita cedera parah, amnesia permanen, dan kebutaan di mata kiri saya. Belum lagi tulang rusuk kanan patah, bahu terkilir, dan tulang kering kanan yang memendek 1.5 inci," ujar Takalah seperti dikutip dari laman Shorthand Social.
ADVERTISEMENT
Takalah juga bercerita jika dirinya nyaris berpulang. Dokter bedahnya bercerita, Takalah pernah demam sampai 46 derajat celsius, peluang hidupnya bahkan hanya tersisa 0,1 persen saja.
Namun Tuhan masih menyayanginya. Ia berhasil diselamatkan meski harus dibayar dengan harga yang mahal. Takalah kehilangan semua ingatannya, juga tak bisa berbicara.
Setelah tiga bulan mencoba bangkit, lagi-lagi Takalah harus merasa terpuruk. Ayahnya meninggal dunia akibat serangan jantung. Perginya sang ayah tercinta membuat Takalah berpikir ingin mengakhiri hidupnya.
"Enam bulan sesaat saya mengetahui ayah meninggal, saya berpikir untuk bunuh diri," kenang Takalah.
Walau berat, Takalah mencoba untuk bangkit perlahan. Puncaknya, ia menemukan ketenangan dan kekuatan batin untuk terus maju perlahan. Ia bertekad untuk sembuh. Mengubah pikiran negatif menjadi positif adalah langkah awal yang ia lakukan.
ADVERTISEMENT
"Saya terus berkata kepada diri sendiri, ayah meninggal untuk membayar utang saya, jadi saya harus terus memperbaiki diri," tekadnya.
Jalan yang cukup panjang Takalah tempuh untuk kembali sembuh. Perlahan, ia coba menata kembali hidupnya yang sempat berantakan. Dengan sisa setengah otaknya yang masih berfungsi, Takalah menantang dirinya untuk terus maju.
Ia kembali belajar berbicara. Belajar kembali tentang hidupnya dan masa lalunya. Ia berusaha keras untuk menjadi seperti sekarang.
Enam bulan kemudian, Takalah mencoba untuk bekerja. Ia memulai pekerjaannya sebagai tukang bersih-bersih, asisten warung makan, staf administrasi, call center, hingga guru.
Tak mudah bagi Takalah mencoba kembali bekerja, kendala utamanya adalah ingatannya yang buruk. Meski begitu, bukan berarti ia menyerah.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2003, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya. Ia ingin mendapatkan gelar Pascasarjana Diploma dalam Ilmu Kesehatan akuisisi Cedera Otak di Universitas La Trobe, Melbourne.
Semangat Takalah berbuah manis. Selain sedang fokus meraih gelar pascasarjananya, ia juga seorang motivator yang cukup terkenal saat ini.
Kisah Takalah awalnya viral di Twitter pada Juni 2019, setelah diunggah oleh pemilik Twitter ber-username @SP1DERBOI. Thread tersebut bahkan sudah di-retweet sebanyak lebih dari 87 ribu kali dan disukai sebanyak 194.800 kali.
(NS)
Baca lebih banyak berita mengenai berita heboh/berita artis/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
Download aplikasi Android di sini.
Download aplikasi iOS di sini.