5 Perjalanan Karier Ki Manteb Soedharsono Semasa Hidup, Pernah Cetak Rekor MURI

Konten dari Pengguna
3 Juli 2021 13:07 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Selebritis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ki manteb Soedharsono. Foto: Instagram @aulia.razzaq
zoom-in-whitePerbesar
Ki manteb Soedharsono. Foto: Instagram @aulia.razzaq
ADVERTISEMENT
Kabar duka datang dari seniman sekaligus dalang kondang Ki Manteb Soedharsono. Ia mengembuskan napas terakhirnya di usia 72 tahun pada Jumat (2/7/2021).
ADVERTISEMENT
Karena keterampilannya dalam memainkan wayang, Ki Manteb dijuluki para penggemarnya sebagai Dalang Setan. Ia juga dianggap sebagai pelopor perpaduan seni pedalangan dengan peralatan musik modern.
Semasa hidupnya, dalang Ki Manteb Soedharsono telah menorehkan banyak prestasi. Berikut perjalanan karier Ki Manteb Soedharsono, seperti dirangkum dari berbagai sumber pada Sabtu (3/7/21).

1. Memiliki Ayah Seorang Dalang

Foto: Instagram @mastriadhianto
Ki Manteb Soedharsono adalah putra seorang dalang pula yang bernama Ki Hardjo Brahim. Ki Manteb lahir di Dusun Jatimalang, Kelurahan Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada tanggal 31 Agustus 1948.
Ayahnya adalah seniman tulen yang tidak memiliki pekerjaan lain kecuali mendalang. Manteb sebagai putra pertama dididik dengan keras agar bisa menjadi dalang tulen seperti dirinya. Ki Hardjo sering mengajak Manteb ikut mendalang ketika ia mengadakan pertunjukan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ibu Manteb yang juga seorang seniman, penabuh gamelan, lebih suka jika putranya itu memiliki pekerjaan sampingan. Itulah sebabnya, Manteb pun disekolahkan di STM Manahan, Solo.
Namun sejak kecil Manteb sudah laris sebagai dalang, sehingga pendidikannya pun terbengkalai. Akhirnya, ia memutuskan berhenti sekolah untuk mendalami karier mendalang.

2. Menemukan Jati Diri

Foto: Instagram @bathara_dalang
Untuk meningkatkan kemahirannya, Manteb banyak belajar kepada para dalang senior. Seperti dalang legendaris Ki Narto Sabdo pada tahun 1972, dan kepada Ki Sudarman Gondodarsono yang ahli sabet, pada tahun 1974.
Pada tahun 1970 hingga 1980-an, dunia pedalangan wayang kulit dikuasai oleh Ki Narto Sabdo dan Ki Anom Suroto. Ki Manteb berusaha keras menemukan jati diri untuk bisa tetap eksis dalam kariernya.
ADVERTISEMENT
Hobinya menonton film kung fu yang dibintangi Bruce Lee dan Jackie Chan juga ia terapkan dalam kegiatan mendalangnya. Untuk mendukung keindahan sabet yang dimainkannya, Ki Manteb pun membawa peralatan musik modern ke atas pentas, misalnya tambur, biola, terompet, ataupun simbal.
Pada awalnya hal ini banyak mengundang kritik dari para dalang senior. Namun, tidak sedikit pula yang mendukung inovasi Ki Manteb.
Keahlian Ki Manteb dalam olah sabet tidak hanya sekadar adegan bertarung saja, tetapi juga meliputi adegan menari, sedih, gembira, terkejut, mengantuk, dan sebagainya.
Selain itu ia juga menciptakan adegan flashback yang sebelumnya hanya dikenal dalam dunia perfilman dan karya sastra saja. Ia berpendapat jika ingin menjadi dalang sabet yang mahir, maka harus bisa membuat wayang dengan tangannya sendiri.
ADVERTISEMENT

3. Mengantongi Popularitas

Foto: Instagram @trenggalek_media
Popularitasnya sebagai seniman tingkat nasional mulai diperhitungkan publik sejak ia menggelar pertunjukan Banjaran Bima sebulan sekali selama setahun penuh di Jakarta pada tahun 1987.
Ketika Ki Narto Sabdo meninggal dunia tahun 1985, seorang penggemar beratnya bernama Soedharko Prawiroyudo merasa sangat kehilangan. Soedharko kemudian bertemu murid Ki Narto, yaitu Ki Manteb yang dianggap memiliki beberapa kemiripan dengan gurunya itu. Ki Manteb pun diundang untuk mendalang dalam acara khitanan putra Soedharko.
Sejak saat itulah hubungan Sudarko dengan Ki Manteb semakin akrab. Sudarko pun bertindak sebagai promotor pagelaran rutin Banjaran Bima di Jakarta yang dipentaskan oleh Ki Manteb.
Pagelaran tersebut diselenggarakan setiap bulan sebanyak 12 episode sejak kelahiran sampai kematian Bima, tokoh Pandawa.
ADVERTISEMENT
Ki Manteb mengaku, Banjaran Bima merupakan tonggak bersejarah dalam hidupnya. Sejak itu namanya semakin terkenal. Bahkan, pada tahun '90-an, tingkat popularitasnya telah melebihi Ki Anom Suroto, yang juga menjadi kakak angkatnya.
Pada 1996, Ki Manteb juga dikenal lewat wajahnya yang selalu wira-wiri saat membintangi iklan obat sakit kepala yang legendaris.

4. Mendapat Rekor MURI

Foto: Instagram @wayangku.official
Pada tanggal 4–5 September 2004, Ki Manteb membuat rekor dengan mendalang 24 jam tanpa henti dengan lakon Baratayudha. Pertunjukannya ini bertempat di RRI Semarang, Jalan A Yani 144–146 Semarang.
Berkat pementasannya ini, ia mendapatkan rekor MURI pentas wayang kulit terlama. Dan hebatnya, meskipun telah mendalang selama 24 jam itu, dokter yang memeriksa kesehatan Ki Manteb setelah pentas menyatakan bahwa kondisi Ki Manteb sangat prima.
ADVERTISEMENT

5. Sederet Prestasi

Foto: Instagram @gamelankiaikanjeng
Semasa hidupnya, Ki Manteb telah menorehkan berbagai prestasi membanggakan. Pada tahun 1982, ia menjadi juara Pakeliran Padat se-Surakarta. Prestasi tersebut membuat namanya mulai menanjak.
Tahun 1995 Ki Manteb mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto berupa Satya Lencana Kebudayaan. Lalu pada awal 1998 Ki Manteb menggelar pertunjukkan kolosal di Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah, dengan lakon Rama Tambak. Pagelaran yang sukses ini mendapat dukungan dari pakar wayang STSI.
Tahun 2010 ia meraih penghargaan Nikkei Asia Prize Award 2010 dalam bidang kebudayaan karena kontribusinya yang signifikan bagi kelestarian dan kemajuan kebudayaan Indonesia terutama wayang kulit. (yrs)