Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Cerita Masa Muda Chef Juna, Suka Adu Jotos hingga Kerja Serabutan di Amerika
13 Februari 2021 13:33 WIB
Tulisan dari Berita Selebritis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran Manado, 20 Juli 1975 silam ini, juga berbagi kisah saat dirinya memilih pindah ke Amerika Serikat. Sebelum memutuskan hidup di Amerika, Chef Juna saat muda ternyata sangat gemar adu jotos. Merasa dirinya sudah sangat nakal, ia pun ingin berubah dan melepas kebiasaan buruknya tersebut.
"Jadi memang mau keluar dari lingkungan hidup saat itu. Tidak menyalahkan grup yang ini, tidak menyalahkan temen-temen yang ini, tidak menyalahkan gengku ini, enggak. Karena sebenarnya ya bergantung dari kita sendiri," ungkap Chef Juna pada Merry Riana.
Banyak hal buruk yang telah Chef Juna lakukan saat muda. Hal tersebut terjadi karena dirinya mengakui selalu menyerap dan meniru segala tindakan orang lain di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
"Saya dulu itu seperti spons. Jadi, main sama grup ini, bandelnya serap. Main sama grup ini, premanisme-nya diserap. Cuman jadi spons yang nyerap jelek-jeleknya aja," imbuh Chef Juna bercerita.
Merry Riana yang menyimak pun dibuat penasaran dengan hal apa saja yang membuat Chef Juna bisa berubah. Bahkan, Merry Riana sendiri mengetahui bahwa kondisi di Amerika tak jauh beda dengan pengalaman pertemanan Chef Juna saat muda.
Secara rinci, chef yang menjadi salah satu juri dalam ajang kompetisi memasak MasterChef di Tanah Air itu pun mengakui bahwa waktu luang yang terbatas menjadi salah satu kuncinya.
ADVERTISEMENT
"Dari sekolah pilot terus mau minta bantuan orang tua ternyata ekonomi lagi krisis, aku kan mulai kerja. Jadi, sudah tidak punya waktu untuk bergaul ya waktu luang lah," terang Chef Juna.
Demi bertahan hidup di Amerika, Chef Juna yang saat itu gagal melanjutkan sekolah pilot pun harus bekerja serabutan. Ditambah lagi kehidupan orang tuanya sedang mengalami krisis ekonomi di Indonesia membuatnya dipaksa untuk terus hidup mandiri. (NDA)