Konten dari Pengguna

2 Contoh Kultum Singkat tentang Kebaikan yang Bisa Menghapus Dosa

Berita Terkini
Penulis kumparan
13 April 2022 18:25 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi menyampaikan kultum singkat tentang kebaikan yang bisa menghapus dosa. Foto: pexels.com/a-darmel
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menyampaikan kultum singkat tentang kebaikan yang bisa menghapus dosa. Foto: pexels.com/a-darmel
ADVERTISEMENT
Di bulan Ramadhan, kultum menjadi salah satu metode ceramah yang mudah dijumpai, seperti sesudah shalat subuh maupun sebelum shalat tarawih. Maka dari itu, orang-orang yang diminta untuk mengisi kultum banyak yang mencari referensi. Berikut 2 contoh kultum singkat tentang kebaikan yang bisa menghapus dosa.
ADVERTISEMENT

2 Contoh Kultum Singkat tentang Kebaikan yang Bisa Menghapus Dosa

Dikutip dari buku 65 Kultum Kamtibmas karya Hidayatullah (2020: 2), kultum merupakan sebuah akronim dari kata kuliah tujuh menit. Metode ceramah yang satu ini merupakan ceramah yang sedang tren di tengah masyarakat. Sebab materi yang singkat dan padat.
adapun contoh kultum singkat tentang kebaikan yang bisa dijadikan sebagai referensi yakni:
Contoh Pertama

Amal Kebaikan Akan Menghapuskan Dosa Kecil

Oleh: Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc., Ma.
Tadi kita dengarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
“Dirikanlah shalat di ujung-ujung hari, juga dimalam hari (maksudnya shalat lima waktu), sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghilangkan keburukan-keburukan.” (QS. Hud: 114)
ADVERTISEMENT
Ayat ini berkaitan dengan kejadian salah seorang sahabat di ujung kota Madinah yang melakukan kesalahan/kemaksiatan. Dia menggoda seorang wanita, dia sentuh, dia pegang, namun tidak dia gauli. Setelah itu dia sangat menyesal, maka dia pun datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia berkata:
يا رسولَ اللهِ ، أقِمْ عليَّ حَدِّي
“Ya Rasulullah, tegakkanlah hukum had kepadaku.”
Maksudnya seperti zina dirajam atau dicambuk, dia minta ditegakkan hukum had agar dia bersih dari dosa-dosa tersebut. Dia telah menyentuh seorang wanita namun tidak dia gauli.
Kita tahu tidak ada hukum had bagi orang seperti ini, karena tidak sampai pada derajat zina. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memberi jawaban.
Kemudian orang ini pun ikut shalat berjamaah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Setelah selesai shalat jamaah, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membacakan kepada sahabat ini ayat yang tadi kita bacakan.
ADVERTISEMENT
“Dirikanlah shalat, bahwasanya kebaikan-kebaikan bisa menghilangkan dosa-dosa.”
Artinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Apakah engkau shalat berjama’ah bersama kami?” Dia menjawab: “Iya Ya Rasulullah.” “Sesungguhnya Allah telah memaafkan dosa-dosamu.”
Ayat ini menunjukkan bahwasanya dosa-dosa bisa diampuni dengan beberapa cara. Misalnya dengan bertaubat. Namun masih banyak cara untuk menggugurkan dosa, termasuk melakukan kebaikan.
Makanya para ulama menganalogikan dosa-dosa seperti najis, sementara kebaikan-kebaikan seperti air yang bersih. Jika air yang bersih tersebut sangat banyak, maka dosa-dosa bisa terleburkan. Karenanya ketika ada seorang Arab Badui kencing di Masjid, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk mengambil seember air kemudian seember air tersebut ditumpahkan ke air kencing yang sejatinya sangat najis, tapi karena airnya banyak, maka nasjidnya pun hilang.
ADVERTISEMENT
Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang air bersih, kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إذا بلغَ الماءُ قلَّتين لمْ يحملِ الخبثَ
“Jika air telah mencapai 2 qullah (yaitu sekitar 200 liter/1 drum), maka tidak akan mengandung najis.”
Artinya kalau najis kecil-kecil masuk, dia tidak berpengaruh.
Maka seseorang dalam kehidupan ini, perbanyak amal shalih. Kalau amal shalihnya banyak, berbakti kepada orang tua, sedekah, shalat malam, baca Al-Qur’an, kalau ada dosa-dosanya yang tidak terlalu besar, maka akan melebur meskipun dia tidak minta ampun kepada Allah. Apalagi kalau dia menyertakan dirinya dengan taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Makanya ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada seorang sahabat, kata Nabi:
ADVERTISEMENT
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ
“Bertakwalah di manapun engkau berada.”
Dan namanya orang bertakwa tidak akan bisa selamanya. Suatu saat dia akan melakukan kesalahan. Ketika engkau melakukan kesalahan/dosa, kata Nabi:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Ikutkanlah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kesalahan.”
Jadi kalau orang baru melakukan dosa, segera banyak melakukan kebajikan. Selain dia bertaubat, dia lakukan sebab yang lain, yaitu banyak melakukan kebajikan; bersedekah, berbakti sama orang tua, menyambung silaturahmi, shalat malam, baca Al-Qur’an, maka mudah-mudahan dosa-dosanya bisa diampuni. Juga shalat berjamaah sebagaimana kita sebutkan dalam haditsnya.
Ilustrasi kultum singkat tentang kebaikan dapat menghapus dosa. Foto: pexels.com/vijarindo
Contoh Kultum Kedua

Menghapus Dosa dengan Amal Kebaikan

Oleh: Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, M.A.
Kadang seorang hamba yang ingin memperbaiki diri dengan bertobat kepada Allah Ta’ala. Tapi ketika dia melihat dan mengingat banyaknya dosa yang dilakukan di masa lalu, dia berputus asa dan memandang dirinya sangat kotor, sehingga tidak mungkin dirinya akan diterima oleh Allah. Ini tipu daya setan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah Ta’ala. Yakni dengan menjadikan manusia berputus asa dari rahmat-Nya. Padahal rahmat dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya sangat luas dan agung.
ADVERTISEMENT
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sabdanya, “Sungguh, Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya.” (HR. Bukhari No. 5653 dan Muslim No. 2754 dari ‘Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu). Dalam hadis sahih lainnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan di sisinya di atas arsy-Nya: sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului/mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari No. 7015 dan Muslim No. 2751 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu)
Khusus tentang pengampunan dosa-dosa dari-Nya bagi hamba-hamba-Nya, Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar: 53). Ayat yang mulia ini disebut oleh sebagian ulama ahli tafsir sebagai ayat Al-Quran yang paling memberikan pengharapan kepada orang-orang yang beriman (Lihat Tafsir Al-Qurthubi 15/234 dan Fathul Qadiir” 4/667).
ADVERTISEMENT
Imam Ibnu Rajab al-Hambali menukil dari kitab Jaami’ul ‘uluumi wal hikam (hal. 464) dan Latha-iful ma’aarif (hal. 108) sebuah kisah menarik untuk kita renungkan. Yakni mengenai imam besar ahlus sunnah dari kalangan Atbaa’ut taabi’iin bernama Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi. Beliau wafat pada 187 H. Dia imam besar dari kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab Taqriibut tahdziib” hal. 403). Berikut ini salah satu kisahnya ketika beliau menasehati seseorang lelaki – kami sajikan dalam bentuk tanya-jawab.
“Berapa tahun usiamu (sekarang)?” tanya Fudhail.
“Enam puluh tahun,” jawab lelaki itu.
“Berarti) sejak 60 tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai,” kata Fudhail.
ADVERTISEMENT
“Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya,” jawab lelaki itu.
“Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata, ‘Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya), maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya), maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya,” kata Fudhail.
“(Kalau demikian), bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)?” tanya lelaki itu.
“(Caranya) mudah,” jawab Fudhail.
ADVERTISEMENT
“Apa itu?” lelaki itu bertanya lagi.
“Engkau berbuat kebaikan (amal soleh) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (dosa-dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan disiksa (pada hari kiamat) karena (dosa-dosamu) di masa lalu dan (dosa-dosamu) pada sisa umurmu,” kata Fudhail.
Subhanallah! Alangkah agung dan sempurna kasih sayang Allah Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya. Alangkah luas pengampunan-Nya atas dosa-dosa mereka, sehingga dengan bertobat dan memperbaiki diri dengan beramal soleh, dosa-dosa yang diperbuat seorang hamba di masa lalu akan diampuni dan dimaafkan-Nya, sebanyak apa pun dosa itu. Maka, Maha Suci dan Maha Benar Allah Ta’ala yang menyifati diri-Nya dengan firman-Nya.
ADVERTISEMENT
(MZM)