Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
3 Tradisi Malam Takbiran di Indonesia
6 Mei 2021 9:10 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebelum masa pandemi Covid-19, di setiap malam sebelum Hari Raya Idul Fitri, kita pasti mendengar hiruk-pikuk takbir kemenangan, melihat kembang api yang ditembakkan ke langit malam, dan berbagai kemeriahan lainnya. Itulah tradisi malam takbiran di Indonesia secara umum.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari buku Meraih Ramadhan Terbaik: Seputar Hukum, Persiapan dan Amaliah Ramadan, Muhamad bin Abdullah Alhadu (2018:56), takbir sendiri adalah mengucap kalimat "Allahu Akbar" untuk menunjukkan keberhasilan ibadah Ramadan.
3 Tradisi Malam Takbiran di Indonesia
Selain tradisi malam takbir secara umum, berbagai daerah di Indonesia juga memiliki tradisi malam takbir yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tradisi malam takbir di Aceh, Gorontalo, dan Pontianak:
1. Tradisi Meugang dari Aceh
Di kota yang dijuluki sebagai Serambi Mekkah ini, pada malam takbiran, para warga membagikan atau mengantarkan daging kepada orang-orang yang kurang mampu. Perbuatan baik itu disebut sebagai tradisi meugang. Meugang sendiri dilakukan agar seluruh warga bisa menjaga keharmonisan satu sama lain dan terus melaksanakan tindakan gotong-royong.
ADVERTISEMENT
2. Tradisi Tumbilotohe dari Gorontalo
Sebagai momen berakhirnya bulan Ramadan, warga Gorontalo merayakan malam takbiran dengan melaksanakan tradisi Tumbilotohe. Tradisi yang telah dilakukan warga sekitar sejak abad ke-15 silam ini merupakan acara menghias tanah lapang dengan lampu minyak yang membentuk formasi bernuansa Islami, seperti masjid, kaligrafi, ketupat, dan lain sebagainya. Lampu minyak yang diletakkan di tanah lapang itu sendiri bisa mencapai ribuan buah.
3. Tradisi Meriam Karbit dari Pontianak
Jika malam takbiran biasanya akan terasa meriah karena adanya suara-suara keras dari warga yang memeriahkannya dengan alat musik atau lantunan lagu Islami, maka agak lain halnya di Pontianak.
Seperti malam takbiran pada umumnya, malam takbiran di Pontianak pun meriah karena adanya suara keras. Namun, suara keras tersebut bukan berasal dari alat musik atau lantunan lagu Islami, melainkan dari meriam yang diledakkan dengan bunyi yang keras.
ADVERTISEMENT
Tujuan peledakkan meriam ini adalah untuk mengusir roh jahat yang berusaha mengganggu ketika hari kemenangan datang.
Tradisi ini sendiri telah dilakukan sejak lama untuk melanjutkan kebiasaan Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie yang membunyikan meriam karbit pada malam tarkbiran.
Pemerintah setempat pun biasanya melangsungkan Festival Meriam Karbit setiap tahun sebagai dukungan terhadap tradisi yang telah dilakukan sejak lama.
Itulah tradisi malam takbiran dari 3 daerah di Indonesia. Meriah dan unik sekali, bukan? Namun, di masa pandemi Covid-19 yang belum kunjung selesai ini, maka seluruh masyarakat Indonesia diimbau Menteri Agama untuk merayakan malam takbiran di rumah saja. Tenang saja, di rumah, kamu tetap bisa mengumandangkan takbir kemenangan, berdoa, berzikir, dan membaca Al-Qur’an, kok. Selamat menantikan hari kemenangan! (BR)
ADVERTISEMENT