Konten dari Pengguna

4 Contoh Teks Hikayat Pendek dan Penuh Makna

Berita Terkini
Penulis kumparan
19 Februari 2022 19:51 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teks hikayat. Foto: unsplash.com/@faith186
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teks hikayat. Foto: unsplash.com/@faith186
ADVERTISEMENT
Hikayat mungkin kurang begitu familiar bagi masyarakat masa kini. Padahal hikayat banyak berisi tentang pesan moral untuk para pembacanya. Seperti pada 4 contoh teks hikayat pendek berikut.
ADVERTISEMENT

4 Contoh Teks Hikayat Pendek dan Penuh Makna

Sebelum memasuki contoh teks hikayat, perlu memahami dahulu apa yang dimaksud dengan teks hikayat.
Dikutip dari buku CCM Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia SMA dan MA karya Tomi Rianto (2019:31), teks hikayat merupakan salah satu karya sastra lama berupa prosa yang di dalamnya mengisahkan tentang kehidupan dari keluarga istana, kaum bangsawan, atau orang-orang ternama dengan segala kehebatan, kesaktian, ataupun kepahlawanannya. Di dalamnya juga diceritakan tentang kekuatan, mukjizat, dan segela keanehannya.
Terdapat banyak sekali teks hikayat yang ada di Indonesia, 4 di antara banyaknya teks hikayat yang ada yaitu:
1. Hikayat Hang Tuah
Alkisah, pasangan Hang Mahmud dan Dang Merdu mempunyai seorang anak laki-laki bernama Hang Tuah. Keluarga tersebut tinggal di sebuah desa bernama Sungai Duyung. Di daerah itu, semua orang tahu bahwa Raja Bintan yang memimpin wilayah tersebut terkenal baik dan disegani oleh rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Mahmud pun berkeluh kesah kepada istrinya untuk mengadu nasib ke Bintan, siapa tahu nasibnya akan lebih baik. Setelah berkata tersebut kepada sang istri, malamnya Hang Mahmud bermimpi ada bulan turun dari langit dan bersinar di atas kepala Hang Tuah. Laki-laki tua tersebut kemudian terbangun menemui anaknya dan mendapati pemuda itu memancarkan bau wangi. Pagi harinya, keluarga tersebut mengadakan acara selamatan.
Hari berikutnya, Hang Tuah membantu sang ayah untuk membelah kayu sebagai persediaan. Di saat yang bersamaan, datanglah para pemberontak yang akan membunuh orang-orang desa. Banyak orang panik menyelamatkan diri, tapi si pemuda masih tetap sibuk membelah kayu. Dari jauh, sang ibu berteriak panik dan menyuruh Hang Tuah untuk pergi menyelamatkan diri. Namun, sudah terlambat karena para pemberontak sudah berada di depannya.
ADVERTISEMENT
Para pemberontak kemudian mencoba untuk menusuk Hang Tuah menggunakan keris tapi dia berhasil menghindar. Lalu ketika ada kesempatan, dia mengayunkan kapak tepat ke kepala pemberontak dan akhirnya pemberontak tersebut mati.
Berita Hang Tuah berhasil mengalahkan pemberontak sudah tersebar ke seluruh penjuru negeri. Dia pun kemudian diundang ke istana oleh sang raja. Sebagai bentuk terima kasih, dia sering diundang untuk datang ke istana dan menjadi orang kepercayaan raja.
Hal tersebut tentu saja membuat para Tumenggung dan pegawai-pegawai yang lain menjadi iri. Orang-orang iri tersebut kemudian bekerjasama untuk memfitnah Hang Tuah. Tumenggung kemudian berkata pada raja bahwa Hang Tuah merencanakan pengkhianatan terhadap kerajaan dan sedang mendekati perempuan di istana bernama Dang Setia.
ADVERTISEMENT
Setelah mendengar hal tersebut, Raja Bintan menjadi murka lalu menyuruh para pengawal untuk membunuh Hang Tuah. Namun, Allah melindungi pemuda yang tidak bersalah tersebut sehingga para pengawal tidak bisa membunuhnya. Karena tidak mau menimbulkan masalah lagi, akhirnya Hang Tuah memilih untuk mengasingkan diri ke hutan.
2. Hikayat Abu Nawas tentang Ibu Sejati
Pada suatu tempat, ada kasus 2 perempuan yang keduanya sama-sama mengaku merupakan ibu kandung dari seorang bayi. Meski sudah menangani kasus serupa beberapa kali, hakim terlihat sangat bingung dalam menentukan yang mana ibu kandung bayi tersebut. Akhirnya, hakim pun menemui baginda raja untuk meminta bantuan dalam kasus ini.
Atas permintaan hakim, Sang Raja pun ikut turun tangan. Sang Raja merayu agar salah satu dari perempuan itu mau mengalah dan masalah cepat selesai. Namun ternyata, cara yang dipakai oleh raja juga tidak membuahkan hasil. Merasa putus asa, Raja pun segera memanggil Abu Nawas untuk menggantikan hakim menangani kasus ini.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata Abu Nawas tidak langsung hadir. Ia memilih untuk menunda sidang yang terjadi hingga esok hari. Ternyata penundaan ini dilakukan dengan sebab Abu Nawas masih mencari cara untuk menyelesaikan kasus ini.
Lalu keeseokan harinya, Abu Nawas datang bersama seorang algojo yang membawa pedang di tangannya. Setelah itu, Abu Nawas meminta agar bayi yang diperebutkan tersebut diletakkan di atas meja. Kedua perempuan yang sedang berselisih tersebut terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Abu Nawas.
Abu Nawas pun mengatakan bahwa bayi tersebut akan dibelah menjadi dua jika tidak ada salah satu yang mengalah. Merasa adil, perempuan pertama menyetujui tindakan Abu Nawas tersebut. Namun perempuan kedua justru malah menangis dan tidak ingin bayi tersebut dibunuh. Ia bahkan rela mengalah dan membiarkan perempuan pertama memilikinya.
ADVERTISEMENT
Mendengar hal tersebut, Abu Nawas langsung memberikan bayi yang sedang diperebutkan itu pada perempuan kedua. Abu nawas percaya bahwa perempuan kedua adalah ibu kandung dari bayi tersebut, karena tidak ada ibu yang rela melihat anaknya terluka hingga mati di depannya.
Ilutsrasi hikayat-hikayat pendek. Foto: unsplash.com/@joannakosinska
3. Hikayat 1001 Malam
Pada suatu waktu, Raja Harun Ar-Rasyid terlihat begitu murung karena tidak ada yang mampu menjawab pertanyannya. Bahkan semua menteri dan para penasihat kerajaan pun tidak ada yang bisa menemukan jawaban memuaskan dari pertanyaan Raja. Akhirnya, para penasihat menyarankan agar Abu Nawas dipanggil untuk memecahkan pertanyaan Raja yang membingungkan itu.
Saat Abu Nawas sudah hadir, Raja mengatakan bahwa dirinya ingin tahu tentang dua rahasia alam. Abu Nawas pun bertanya rahasia alam mana yang ingin Raja ketahui. Baginda Raja pun bertanya, “Dimanakah batas Jagat Raya ciptaan Tuhan?”
ADVERTISEMENT
Tanpa ragu, Abu Nawas menjawab, “Batasnya ada di dalam pikiran.” Ia pun melanjutkan, “Yang mulia, ketidakterbatasan itu hadir mendampingi keterbatasan. Sedangkan keterbatasan itu ada di dalam otak manusia berkat kuasa Tuhan. Karena keterbatasan itu, manusia tidak akan pernah tahu dimana batas Jagat Raya yang luas ini. Keterbatasan manusia tidak akan pernah mampu mengetahui sesuatu yang tidak terbatas.”
Raja pun tersenyum puas mendengar jawaban Abu Nawas dan bertanya lagi, “Mana yang lebih banyak di antara bintang yang ada di langit atau ikan yang ada di laut?”
Dengan tegas Abu Nawas menjawab, “Lebih banyak ikan di laut, Yang Mulia.”
Raja pun melanjutkan, “Bagaimana bisa? Apakah kau pernah menghitung jumlahnya?”
Abu Nawas pun menjelaskan bahwa setiap hari ikan ditangkap dalam jumlah yang besar, tetapi jumlahnya tidak pernah berkurang. Sedangkan bintang-bintang itu tidak pernah rontok jatuh ke bawah. Karena merasa puas, Raja pun memberi hadiah uang yang cukup banyak kepada Abu Nawas.
ADVERTISEMENT
4. Hikayat Bunga Kemuning
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang raja yang memiliki 10 putri cantik jelita. Putri-putrinya bernama putri Jambon, putri Jingga, putri Nila, Putri Hijau, Putri ungu, Putri kelabu, putri Biru, putri Oranye, putri Merah Merona dan terakhir Putri Kuning. Istri sang raja telah meninggla setelah melahirkan putri terakhirnya. Kesembilan putri raja terkenal memiliki sifat yang manja. Sedangkan putri bungsunya berperangai lebih baik.
Pada suatu ketika, sang raja pergi ke suatu daerah untuk dinas dan semua putrinya meminta oleh-oleh mewah kecuali putri bungsu. Putri Kuning hanya menginginkan ayahnya kembali dengan selamat. Ketika ayahnya kembali, putri Kuning justru diberi oleh-oleh kalung batu hijau yang begitu mewah. Hal ini membuat kesembilan putri lainnya merasa iri hingga membunuh putri Kuning dan menguburnya tanpa ada orang yang tahu.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa waktu, sang raja pun sadar putri bungsunya tidak ada. Raja mencari putrinya kemana-mana namun tak bisa menemukan. Hingga pada suatu saat, Raja menemukan tanaman yang tumbuh di atas makam Putri Kuning dan menamainya tanaman Kemuning karena dianggap mirip denngan putrinya.
Berbagai pesan moral yang dihadirkan dalam teks hikayat bisa kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. (MZM)