Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
4 Puisi Sapardi Djoko Damono tentang Cinta Terpopuler
29 Oktober 2022 17:39 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengela Sapardi Djoko Damono? Beliau adalah seorang penyair, sastrawan, dan penulis yang sangat populer di Indonesia. Puisi Sapardi Djoko Damono sangat banyak dan sering digunakan untuk acara pembacaan puisi dan berbagai pementasan lainnya. Kontribusi karya yang dihasilkan oleh penyair Sapardi memberikan kemajuan tersendiri bagi perkembangan kesusastraan di tanah air. Oleh karena itu, tidak heran jika hingga saat ini karya-karya Sapardi Djoko Damono masih banyak diminati. Selain menghibur, puisi karya Sapardi juga mampu mewakili perasaan yang mungkin tidak dapat terkatakan. Puisinya tidak hanya seputar tentang kisah cinta, tetapi juga tentang kondisi sosial-kemanusiaan yang penuh dengan pesan moral. Jika belum pernah membaca karyanya, maka jangan khawatir karena artikel ini akan menampilkan puisi yang ditulis oleh Sapardi.
ADVERTISEMENT
Puisi Sapardi Djoko Damono
Mengutip buku Sapardi Djoko Damono Selamat Tinggal Bapak Penyair oleh Siti Nur Aidah (2020), Sapardi Djoko Damono sering menggunakan diksi yang ringan dan sederhana, namun mampu memunculkan imajinasi yang luar biasa.
Sapardi digolongkan sebagai pengarang angkatan 1970-an dalam kesusasteraan Indonesia. Beberapa karyanya yang fenomenal yakni Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), dan Hujan Bulan Juni (1994). Adapun contoh puisi Sapardi tentang cinta yang populer di antaranya sebagai berikut:
1. Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
2. Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
ADVERTISEMENT
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
3. Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
4. Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
ADVERTISEMENT
Sampai pada suatu hari
Kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” Tanyamu.
Kita abadi.
Kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono tentang cinta yang disebutkan di atas hingga kini masih menjadi karya sastra primadona di kalangan pecinta puisi. Karya terakhir beliau berjudul Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang yang ditulis bersama penulis muda bernama Nadhifa Allya Tsana. (DLA)