Konten dari Pengguna

Alasan Kekuasaan Kerajaan Mataram Semakin Surut ketika Masa Amangkurat I

Berita Terkini
Penulis kumparan
1 Juni 2024 18:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kekuasaan kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena. Foto hanya ilustrasi, bukan yang sebenarnya. Sumber: Pexels/Krisztina Papp
zoom-in-whitePerbesar
Kekuasaan kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena. Foto hanya ilustrasi, bukan yang sebenarnya. Sumber: Pexels/Krisztina Papp
ADVERTISEMENT
Kekuasaan kerajaan Mataram mengalami kemunduran signifikan pada masa pemerintahan Amangkurat I (1646-1677). Salah satu alasan kekuasaan kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena kekejamannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, periode ini ditandai dengan berbagai konflik internal dan eksternal yang melemahkan stabilitas dan integritas kerajaan. Dengan banyaknya masalah yang terjadi hingga terjadi puncak masalah, membuat kerjaan ini mengalami kemunduran.

4 Alasan Mengapa Kekuasaan Kerajaan Mataram Semakin Surut ketika Masa Amangkurat I

Kekuasaan kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena. Foto hanya ilustrasi, bukan yang sebenarnya. Sumber: Pexels/Miquel Rosselló Calafell
Mengutip dari buku Sejarah, Tugiyono K. S., (2004), pokok permasalahan kekuasaan kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena kejam dan tidak memperhatikan rakyat, bahkan menjalin hubungan dengan Belanda (VOC).
Untuk penjabaran lebih lengkap mengenai hal tersebut, simak penjelasannya di bawah ini.

1. Perebutan Tahta dan Kekejaman

Masa pemerintahan Amangkurat I diawali dengan perebutan tahta yang penuh intrik dan pertumpahan darah. Amangkurat I harus berhadapan dengan pangeran-pangeran lain, seperti Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi.
ADVERTISEMENT
Konflik ini menciptakan instabilitas politik yang parah. Kepemimpinan Amangkurat I yang otoriter dan brutal, dengan menyingkirkan para penentang politiknya secara kejam, menimbulkan kebencian dan pemberontakan di kalangan bangsawan dan rakyat.

2. Krisis Ekonomi dan Moral

Perang berkepanjangan dan pemberontakan internal menguras sumber daya Mataram. Pengeluaran yang besar untuk mempertahankan kekuasaan menyebabkan krisis ekonomi yang parah, memengaruhi kondisi kehidupan rakyat.
Di sisi lain, gaya hidup hedonistik dan korup Amangkurat I serta para pengikutnya memperburuk situasi. Rakyat yang sudah menderita akibat krisis ekonomi semakin kecewa dengan perilaku para pemimpin, yang tampak tidak peduli terhadap kesejahteraan rakyat.

3. Ancaman VOC dan Pemberontakan Daerah

Kekuatan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang semakin besar menjadi ancaman serius bagi Mataram. VOC berusaha memperluas pengaruh dan mengendalikan perdagangan di wilayah kerajaan, menyebabkan ketegangan dan konflik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, beberapa daerah taklukan Mataram, seperti Surabaya dan Banten, memberontak untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Pemberontakan daerah-daerah ini semakin memperlemah kekuatan kerajaan dan mengurangi wilayah kekuasaan Mataram.

4. Puncak Kemunduran

Faktor-faktor tersebut memuncak pada tahun 1677 dengan terjadinya Geger Pati. Pemberontakan besar ini dipimpin oleh Trunojoyo, seorang bangsawan Madura, yang mendapatkan dukungan dari VOC.
Trunojoyo berhasil menggulingkan Amangkurat I, dan kekacauan yang ditimbulkan menyebabkan terpecahnya kerajaan Mataram menjadi dua entitas yang lebih kecil, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Jadi, kekuasaan kerajaan Mataram semakin surut ketika masa Amangkurat I karena kekejamannya dan kerjasama dengan Belanda. Faktor-faktor ini menunjukkan betapa kompleks dan saling terkaitnya penyebab kemunduran sebuah kerajaan besar. (RIZ)
ADVERTISEMENT