Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Arti Sabtu Suci dalam Agama Katolik
16 April 2022 6:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seperti hari-hari sesudah kematian seseorang yang pernah mengisi di hidup kita, demikian juga Sabtu Suci menjadi hari istimewa bagi semua pengikut Yesus. Pada hari tersebut, perayaan ekaristi tidak dipersembahkan, yang mana orang seperti masuk dalam sebuah hari permenungan sakral. Arti Sabtu Suci dapat disebut sebagai Sabtu yang mencekam, menggetarkan, tetapi sekaligus juga menjadi Sabtu yang Suci.
ADVERTISEMENT
Nah, artikel kali ini akan membahas lebih lanjut mengenai arti Sabtu Suci dalam agama Katolik yang patut untuk dipahami.
Arti dari Sabtu Suci untuk Renungan
Dikutip dari buku Mysterium Crucis-Mysterium Paschale: Permenungan atas Tri Hari Suci yang ditulis oleh Johanis Ohoitimur, dkk, arti Sabtu Suci pantas disebut sebagai Sabtu mencekam, menggetarkan, tetapi sekaligus menjadi Sabtu yang suci. Di hari yang suci ini, kita mengajak orang merenungkan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat, yang membuat mereka mengambil bagian dalam penyaliban Yesus. KematianNya menyucikan seluruh dosa manusia, sehingga manusia terbebaskan dari belenggu dosa.
Apa yang diungkapkan oleh Paulus: “Upah dosa adalah mau” (Roma 6: 23) bukan hanya sebatas peristiwa fisik saja, tetapi juga mekanisme dosa yang mendatangkan maut. Pada Sabtu Suci, kita merenungkan satu hal, yaitu tidak ada seorang pun yang luput dari dosa dan peristiwa penyaliban Yesus Kristus, sebab ia mati untuk kita.
ADVERTISEMENT
Sabtu Suci menjadi hari yang suci karena kematian Yesus juga mengingatkan kita akan kerapuhan manusia. Memang benar bahwa kita manusia yang pendosa, tetapi lebih benar lagi bahwa kita adalah korban dari dosa. Oleh karena dosa, kita tidak luput dari maut dan kematian.
Oleh karena itu, kematian Yesus Kristus mengingatkan kita akan betapa rawannya kita. Kematian akan terus menggapai kita, seberapapun kita berusaha untuk lari. Di sinilah kematian Yesus menjadi wujud solidaritas Allah sendiri pada tragedi kemanusiaan universal. Di dalam Dia, bersama Dia, dan dengan pengantaranNya, seruan kita mendapatkan kepastian yang didengarkan oleh Allah, yang memberikan kita hidup. Semoga kasih Kristus senantiasa menyertai kamu, Amin! (CHL)