Konten dari Pengguna

Arti Surat Al Muthaffifin 1-36 yang Penuh Makna

Berita Terkini
Penulis kumparan
11 Oktober 2021 11:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi surat Al Muthaffifinn 1-36, sumber gambar: https://www.freepik.com/
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi surat Al Muthaffifinn 1-36, sumber gambar: https://www.freepik.com/
ADVERTISEMENT
Surat Al Muthaffifinn 1-36 merupakan golongan surat yang diturunkan di kota Mekkah. Surat ini berada di ruutan ke-83 dala Al-Qur’an dan turun setelah surat Al Ankabut. nama Al Muthaffifin artinya adalah orang-orang yang curang.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Bunda Sayang Anak Shalih oleh Ahsani (2020), surat ini berisi tentang ancaman Allah SWT terhadap orang-orang yang mengurangi hak orang lain dalam ukuran, timbangan, maupun takaran. Surat ini secara tersirat mengingatkan kita akan kehidupan di akhirat.

Arti Arti Surat Al Muthaffifin

ilustrasi surat Al Muthaffifinn 1-36, sumber gambar: https://www.freepik.com/
Berikut adalah arti dari Surat Al Muthaffifin 1-36:
Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!
• (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan,
• dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.
• Tidakkah mereka itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
• pada suatu hari yang besar,
• (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh alam.
ADVERTISEMENT
• Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin.
• Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu?
• (Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal).
• Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan!
• (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).
• Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,
• Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “Itu adalah dongeng orang-orang dahulu.”
• Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.
• Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.
• Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
• Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “Inilah (azab) yang dahulu kamu dustakan.”
ADVERTISEMENT
• Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam ’Illiyyin.
• Dan tahukah engkau apakah ’Illiyyin itu?
• yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah).
• Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan,
• mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.
• Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.
• Mereka diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih dilak (disegel),
• laknya dari kasturi. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
• Dan campurannya dari tasnim,
• (yaitu) mata air yang diminum oleh mereka yang dekat (kepada Allah).
• Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman.
ADVERTISEMENT
• Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya,
• Dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria.
• Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat,”
• Padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin).
• Mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepas pandangan.
• Apakah orang-orang kafir itu diberi balasan (hukuman) terhadap apa yang telah mereka perbuat?
Makna Surat Al Muthaffifin 1-36
Setelah mengetahui bacaan Surat Al Muthaffifin 1-36, mari simak makna yang terkandung dalam surat ke-83 dalam Alquran tersebut:
Seperti yang kita tahu, manusia di masa kini berlomba-lomba untuk memperkaya diri dengan dalih untuk memperoleh kehidupan makmur di hari tua. Padahal, kehidupan di hari tua sifatnya hanya sekejab. justru, kehidupan yang abadi adalah saat kita sudah meninggal dan berada di akhirat.
ADVERTISEMENT
Bukankah akhirat adalah rumah yang abadi bagi manusia? Oleh karena itu, agar memperoleh kehidupan yang layak alias masuk surga, sudah selayaknya kita menjadi muslim yang taat dan jujur. Salah satu caranya yaitu tidak mengurangi timbangan atau takaran yang sudah menjadi hak orang lain.
(DLA)