Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah dan Jenisnya Sesuai Sunnah

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
3 Maret 2021 21:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah, Foto: Dok, Umroh
zoom-in-whitePerbesar
Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah, Foto: Dok, Umroh
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bacaan doa iftitah Muhammadiyah merupakan salah satu doa iftitah yang dibaca saat melaksanakan ibadah sholat. Doa iftitah dibaca setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surat Al Fatihah.
ADVERTISEMENT
Dalam buku berjudul Jika Benar Semua Bid’ah itu Sesat oleh Galih Maulana dijelaskan tentang doa iftitah antara NU dan Muhammadiyah. Beliau menjelaskan bahwa Muhammadiyah terbiasa membaca “Allahumma Ba’id Baini” sebagai bacaan doa iftitah, sedangkan NU terbiasa membaca “Allahu Akbar kabiiro.”
Agar lebih memahaminya, simaklah penjelasan tentang bacaan doa iftitah Muhammadiyah dalam artikel berikut ini.

Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah

ilustrasi berdoa. Foto: Billion Photos/Shutterstock
Arti dari bacaan doa iftitah di atas yaitu, “Ya Allah jauhkanlah aku dengan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat, Ya Allah bersihkanlah kesalahan-kesalahan sebagaimana pakaian putih bersih dari kotoran, Ya Allah bersihkanlah kesalahanku dengan air, salju, dan air es.” (HR. Bukhari no. 774)
ADVERTISEMENT

Jenis Doa Iftitah Lain sesuai Sunah

ilustrasi berdoa. Foto: Nong2/Shutterstock
Selain bacaan doa iftitah di atas, Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan bacaan doa iftitah lainnya. Dalam hal ini kita bisa memilih bacaan yang bisa dihafalkan atau bisa bergantian saat melafalkannya dalam sholat.
Bersumber dari buku berjudul Panduan Sholat Rasulullah 1 oleh Imam Abu Wafa (2020:83) penerbit Guepedia, inilah bacaan doa iftitah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW:
1. Allhaahu akbaru kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa’ashiilaa.
Artinya yaitu, “Allah Maha Besar, segala pujian yang banyak milik Allah dan Allah Maha suci pada pagi hari dan sorenya.” (HR. Muslim no. 601)
2. Allahumma Rabba Jibriilaa Wa Miikaaiila, Wa Israafiila Faa Thirassama Waati Wal Ardhi, ‘Aalimalghoibi Wasyahaadati Anta Tahkumu Baina ‘Ibaadika Fiimaa Kaanuu Fiihi Yakhtalifuuna. Ihdinii Limaakh Tulifa Fiihi Minal Haqqi Bi Idznika Innaka Tahdii Mantasyaa‘u Ilashiraathimmustaqiim.
ADVERTISEMENT
Artinya yaitu, “Ya Allah Tuhan Jibril, Tuhan Mikail, Tuhan Israfil yang menguasai langit dan bumi. Dzat yang mengetahui hal gaib dan yang nampak, Engkaulah yang memutuskan perselisihan di antara hamba-Mu, berilah aku petunjuk dari segala perbedaan terhadap kebenaran atas izin-Mu, sesungguhnya Engkaulah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus.”
Di Indonesia terdapat 2 ormas Islam besar, yaitu NU dan Muhammadiyah. Dalam membaca doa iftitah terdapat perbedaan di antara keduanya. Namun meski begitu, pada hakikatnya doa iftitah Muhammadiyah maupun NU adalah sama, yaitu sama-sama berasal dari Nabi Muhammad SAW.

Keutamaan Membaca Doa Iftitah

Ilustrasi salat Idulfitri. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Membaca doa iftitah merupakan salah satu sunnah dalam sholat. Umat Muslim yang menjalankannya akan mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga keutamaan membaca doa iftitah lainnya yang dijelaskan dalam riwayat-riwayat shahih. Salah satunya, yaitu dapat membuka pintu-pintu langit.
Dijelaskan dalam buku Fiqih Bersuci dan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi karya Abu Utsman Kharisman, para sahabat di zaman Rasulullah SAW terbiasa membaca doa iftitah dengan suara yang lantang ketika sholat. Kemudian, Rasulullah SAW bersabda:
“Aku takjub dengan kalimat yang dibacanya, karena dengan kalimat itu dibukalah pintu-pintu langit.” Kemudian, sahabat Ibnu Umar yang meriwayatkan hadits ini mengatakan: “Aku kemudian tidak pernah meninggalkan membaca doa iftitah tersebut sejak aku mendengar Rasulullah mengucapkan (ketakjuban) hal itu.” (HR. Muslim)
(Anggi)